INDRAMAYU -- Mencari nafkah dan merawat ibunya yang menderita depresi atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sendirian. Nasib memilukan ini dialami Sinta Murni, bocah perempuan berusia 7 tahun di Desa Kroya, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Dikutip dari Republika.co.id, Sinta Murni harus memikul beban sangat berat itu sendirian sejak 3 tahun lalu. Meski sudah berusia 7 tahun, Sinta belum pernah sekolah. Dia juga tidak bisa bermain seperti anak-anak sebayanya.

Setiap hari Sinta harus mengurus dan mendampingi ibunya, Nani, yang diperkirakan berumur 37 tahun. Sementara ayahnya, tidak diketahui keberadaannya.  

Sinta dan ibunya tinggal berdua di rumah mereka yang tidak layak huni. Rumah tersebut berukuran sekitar 4 x 5 meter. Dinding rumah itu hanya seperempat bagiannya saja yang terbuat dari bata, sedangkan sisanya dari bambu.

Lantai rumahnya pun masih berupa tanah. Ibu dan anak itu tidur hanya beralaskan tikar tanpa kasur yang layak. Kondisi di dalam rumah terlihat berantakan, dengan penerangan yang seadanya.

Untuk kebutuhan makan sehari-hari, Sinta dan Nani kerap dibantu oleh tetangga yang peduli terhadap nasib keduanya. Sesekali, Nani mencari rongsokan untuk dijual. Sintalah yang menemaninya dalam mencari barang-barang bekas tersebut. Terkadang, Sintalah harus sendirian bekerja untuk menafkahi dirinya dan ibunya.

Kondisi yang dialami Sinta dan ibunya kemudian menggerakkan tim dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) untuk turun tangan. Dengan ditemani petugas motekar Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Indramayu, tim mengunjungi tempat tinggal ibu dan anak tersebut.

''Kami prihatin dengan kondisi Sinta. Ibunya dalam kondisi agak depresi,'' kata Koordinator Lapangan LPAI Indramayu, Adi Wijaya, saat ditemui di kediaman Sinta, Rabu (23/6).

Adi mengungkapkan, dari informasi yang diperolehnya, Nani menikah secara agama dan tidak pernah menikah secara resmi di kantor urusan agama (KUA). Nani dan suaminya kemudian dikaruniai tiga orang anak. Dua anak mereka dikabarkan dibawa oleh sang suami, tapi entah kemana.

Sedangkan Sinta tetap tinggal bersama ibunya sejak tiga tahun terakhir. Kehidupan sehari-harinya sangat memilukan karena serba kekurangan. Kondisi itu semakin parah karena ibunya mengalami sedikit depresi sejak beberapa tahun terakhir, sehingga tak bisa maksimal dalam mengurus anak dan mencari nafkah. Dengan kondisinya itu, Nani pun sulit diajak berkomunikasi. 

Nani dan Sinta selama ini tidak memiliki dokumen kependudukan apapun. Hal itulah yang membuat keduanya terkendala dalam menerima program bantuan pemerintah.

Adi menyatakan, pihaknya akan mengupayakan untuk membawa Sinta ke panti asuhan di Kabupaten Subang. Dengan tinggal di panti asuhan, hidupnya tidak terlantar dan bisa mengenyam pendidikan. Selain itu, pihaknya akan mengupayakan untuk membantu pengobatan terhadap Nani.

Dalam kesempatan itu, tim LPAI didampingi petugas motekar DP3A Kabupaten Indramayu berusaha memberi pengertian kepada Nani agar bersedia mengizinkan anaknya dibawa ke panti asuhan. Nani pun mengizinkannya.

Adi mengakui, ketiadaan dokumen kependudukan Nani dan Sinta menjadi kendala dalam upaya tersebut. Untuk itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat.

Sementara itu, saat ditanyakan apakah ingin bersekolah, Sinta mengaku sangat menginginkannya. Dia mengaku senang karena dijanjikan bisa sekolah.

''Ingin sekolah seperti teman-teman. Nanti pengen jadi dokter,'' tutur Sinta.

Sinta mengaku, ingin menjadi dokter agar bisa merawat ibunya yang mengalami sedikit depresi. Dia juga ingin mmbahagiakan ibunya.***