SEORANG wanita Rusia memutuskan menjadi mualaf (memeluk Islam) setelah mempelajari berbagai agama dan atheis. Sempat murtad, namun beruntung kembali ke Islam setelah mengalami peristiwa yang nyaris merenggut jiwanya. Berikut kisahnya..

Ibunya memeluk Kristen dan ayahnya seorang Yahudi, namun sejak kecil wanita ini tak begitu mempercayai Tuhan. Saat beranjak remaja, dia mengalami depresi, sehingga muncul keinginan berhubungan dengan Tuhan.

''Ketika membaca alkitab (bible) pada halaman pertama tertulis Tuhan menciptakan dunia dalam 6 hari dan di hari ke-7 istirahat. Bagiku itu tak masuk akal, mengapa Tuhan harus istirahat. Jadi aku melihat kekurangan di bible jadi aku mencoba mempelajari Budha,'' tuturnya dalam kanal Youtube Juru Kunci Mesjid, seperti dikutip dari Viva.co.id.

Di Budha, ia menyebut ada konsep Tao yang sebenarnya sangat menarik tapi ada juga hal yang membuatnya kesal karena merasa ini bukanlah agama. Menurutnya, Budha lebih condong akan pandangan hidup dan tak ada hubungannya dengan Tuhan, sehingga ia menyingkirkan lagi agama tersebut.

Setelahnya ia mempelajari agama Hindu dan kembali membuatnya berpikir keras. Ia membaca soal dewa monyet, tangan dewa, hingga jelmaan dewa yang baginya tak masuk akal karena tak sesuai dengan konsep Tuhan.

''Kristen juga tidak masuk akal karena banyak kontradiksi dan kesalahan dari sudut pandangku,'' imbuhnya.

Ia pun sempat mempelajari agama lainnya yang diwariskan leluhurnya, namun masih tak terasa tepat. Hingga ia merasa tak ingin percaya pada agama lantaran tak masuk akal sehingga pilihannya adalah menjadi atheis.

''Aku merasa buang-buang waktu dan itu membawaku pada era tergelap di hidup. Aku benar-benar tidak peduli. Aku mulai minum, pesta, hingga melakukan tindakan kriminal. Aku banyak melakukan hal buruk. Perbuatan itu akhirnya membuatku sengsara. Hidup tidak ada gunanya. Aku bisa mengambil uang dan tindakan kriminal tapi aku tidak merasa senang. Aku pun depresi berat,'' beber sang mualaf.

Lebih dalam, ia merasa bahwa pada dasarnya Tuhan memang ada namun belum memahaminya dengan benar. Hingga suatu hari, ia duduk di bar dan mendengar sekelompok orang membicarakan soal agama Islam. Penjelasan soal agama itu pun dilontarkan oleh pria muslim yang juga bernama Islam.

''Di titik itu aku masih berpikir Islam adalah agama di Timur Tengah di mana orang-orang teroris gila berasal. Pembicaraan itu ada di kepalaku terus menerus,'' imbuhnya.

Menjadi Mualaf

Lantaran pembicaraan sekelompok orang itu kerap membayanginya, ia pun melakukan pencarian soal Islam dan menemukan kitab Alquran. Hatinya pun tertarik untuk membacakan dan yang pertama dibaca adalah surat Al Baqarah bab kedua.

Banyak pesan yang disampaikan, di mana surat tersebut membimbing manusia untuk percaya pada hal yang ghaib dan sejarah Nabi. Di satu titik, ia berhenti membaca dan merasa bahwa inilah yang ia cari. Ia mulai menangis dan gemetar.

''Aku tidak membaca setelahnya. Jadi aku belum memahami konsep Islam. Aku baru baca halaman pertama dan itu seperti ada cahaya bola lampu di otakku,'' kenangnya.

Tak lama, ia pun melakukan pencarian akan cara seseorang untuk menjadi muslim. Tertulis bahwa harus mengatakan dua kalimat syahadat dan tanpa sadar, mualaf ini pun membacanya.

''Aku merasa ini yang aku cari dan inilah yang sebelumnya luput. Begitulah aku menjadi muslim, tanpa sadar,'' bebernya.

Rintangan Awal

Usai menjadi Muslim, mualaf ini merasa kebingungan untuk shalat dan ibadah lain lantaran tak ada yang membimbing. Namun hal pertama yang terlintas adalah membulatkan tekad untuk memberitahu keluarga. Rupanya, ia malah diusir dan hidup sebagai tunawisma.

''Dan mereka usir aku. Mereka mengatakan, jika kau Kristen boleh tinggal di rumah jika ingin jadi muslim maka keluar. Akupun pergi dan aku seperti jadi tunawisma. Aku tinggal di rumah teman,'' jelasnya.

Hingga beberapa bulan, ia bertemu seorang pria muslim dan jatuh cinta. Keduanya setuju untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Awalnya, pernikahannya terasa indah. Namun, karena minim pengetahuan soal Islam membuatnya harus menghadapi rintangan lain. Mualaf Rusia ini dihujani hujatan akan banyak hal haram.

''Suamiku berasal dari keluarga yang sangat ketat. Yang tidak senang suamiku menikah dengan mualaf. Dan aku tidak dapat terhubung dengan siapapun. Dan secara tiba-tiba aku diserang dengan semua serba haram seperti kau tidak bisa keluar bersama teman, kamu tidak bisa minum, kamu tidak bisa berpesta. Maksudku ini aku percaya pada Tuhan tapi ini terlalu banyak bagiku dan membuatku kewalahan,'' curhat sang mualaf.

Di 6 tahun pernikahannya, ia merasa sendirian dan kesepian lantaran tak diterima oleh keluarga suami. Konflik dengan suami pun kian bertambah lantaran ia masih minim pengetahuan soal agama. Mereka pun bercerai dan ia mulai lalai menjalankan shalat hingga memutuskan keluar dari Islam.

''Aku mulai menjauh dari agama. Dan akupun tersesat. Aku sangat tersesat dan akhirnya kehilangan keluargaku. Aku merasa kehilangan semuanya. Di dalam aku masih ingin jadi orang baik tapi aku memutuskan berhenti shalat dan mulai melakukan yoga serta perdukunan,'' terangnya.

Sempat Murtad

Pendalaman akan perdukunan itu sudah cukup familiar baginya karena merupakan 'agama' leluhurnya. Ini berkaitan dengan roh dan semacamnya. Setelah beberapa tahun, ia mempelajari yoga dan berhasil menjadi seorang master sehingga mengajarkan yoga.

Namun, ia kembali merasa tak sejalan dan mulai membangun bisnis bernama amazon. Ia pun menghabiskan banyak waktu di belakang komputer dan menjalani olahraga di sela-sela kesibukannya. Kesuksesannya tak membuat ia merasa bahagia dan justru hidup terasa membosankan.

''Jadi aku mulai jual mobil dan melakukan pelelangan lalu bertemu dengan sekelompok orang yang menjadi temanku. Aku bersama mereka selama 1 tahun. Itu adalah hari-hari yang aku katakan era ketidaktahuan karena sekelompok orang itu baik terhadap dirinya tapi kejam pada orang lain,'' terangnya.

Teman barunya itu juga kerap mengajak berpesta dan melakukan kegiatan kriminal serta mengonsumsi narkoba. Mereka juga mengajaknya menjalani pertarungan tinju bahkan mengajarkan cara berperilaku kasar.

Singkat cerita, wanita Rusia itu merasa berada di titik untuk mulai berpikir lagi soal Islam. Ia pun menyadari telah pergi terlalu jauh yang membuatnya melakukan hal mengerikan dan mempertaruhkan masa depan.

''Aku mulai mendengarkan ceramah dan musik Islam. Dua perubahan ini pada awalnya, semakin aku dengar makin aku merasa berhenti jadi bagian dengan kelompok tersebut. Mereka membawa alkohol, mendengar musik kencang dan aku merasakan perlawanannya,'' terangnya.

Merasa tersesat dan bingung, wanita Rusia itu segera membuka Al-Quran dan membaca untuk mencari jawaban. Di situ tersirat bahwa ia harus segera pergi dan mengemas semua barang. Ia pergi ke Arizona dengan niat mendalami agama Islam lagi. Ia mulai pelajari hijab, berhenti pesta, berhenti minum, dan tak bergaul dengan orang jahat.

Nyaris Tewas

Tapi lagi-lagi ia mendapat ujian. Sesampainya di tempat tinggal sewaan, ia mendapati teman sekamarnya seorang islamophobia. Ia sempat frustasi namun mampu menuangkan kegelisahan lewat puisi dan tetap berpegang teguh mendalami Islam.  

"Sampai aku mengalami pengalaman hampir mati. Yang terjadi adalah aku sedang mengemudi di jalan raya dan batas kecepatan adalah 120 km/jam. Lalu aku mulai menanjak dan segera sadar sedang ngebut. Lalu injak rem dan ternyata remnya tidak bekerja,'' jelasnya.

Ia mulai merasa cemas dan takut. Otaknya mulai memproses bahwa ini akan menjadi akhir hidupnya. Dilanda kepanikan membuat ia terlintas menelpon ibunya namun tak bisa lantaran minim sinyal. Wanita Rusia itu akhirnya hanya bisa berdoa dan meminta tolong agar kematiannya tak menyakitkan. Namun tanpa sadar, ia mengucapkan dua kalimat syahadat yang membuatnya menjadi Muslim kembali sekaligus sebagai kalimat yang diucapkan saat ajal nyaris menjemput.

''Aku berkata pada Tuhan, jika Kau ingin membawaku maka aku siap. Tapi jika ingin menyelamatkanku maka aku janji akan menghabiskan sisa hidupku di jalan-Mu. Saat mengatakan itu, akupun menekan rem untuk terakhir kali dan Subhanallah remnya bekerja. Dan mobilku berhenti. Aku menangis. Aku gemetar. Itu sangat mencerahkan,'' tutupnya.***