MASYARAKAT suku Tengger yang berdiam di kawasan pegunungan Bromo, Jawa Timur, umumnya menganut Agama Hindu. Orang Tengger yang berdomisili di luar kawasan Pegunungan Bromo, juga dominan beragama Hindu.

Sedikit sekali orang Tengger yang memeluk agama Islam. Anita Yuniati termasuk dalam sedikit suku Tengger beragama Islam. Anita menjadi mualaf setahun yang lalu.

Dikutip dari Republika.co.id yang melansir dari saluran YouTube Mualaf Center Aya Sofya, Anita mengaku perkenalannya dengan Islam bermula sejak sekolah dasar (SD).

Di SD tempatnya belajar dahulu, para murid berasal dari kalangan yang heterogen. Ada yang beragama Hindu dan ada pula yang menganut Islam. Sejak berusia anak-anak, Anita Yuniati sudah menyadari bahwa dirinya hidup di tengah kemajemukan.

Namun ketika itu, gadis asal Tosari, Pasuruan, Jawa Timur itu belum sampai pada taraf mencari tahu inti ajaran agama-agama lain. Rasa penasaran mulai muncul ketika ia memasuki masa SMP.

Sejak SD, Anita kecil terbiasa dengan kebiasaan di sekolahnya yang mempersilakan murid-murid yang bukan Muslim keluar kelas dulu saat jam belajar agama Islam. Di luar kelas, mereka akan memasuki kelas lain yang di dalamnya guru agama non-Islam sudah menunggu, untuk belajar agama tersebut.

Kebiasaan itu juga dijumpainya di SMP. Baginya, hal itu bukanlah masalah yang berarti. Sebab, adanya pelajaran agama Islam tidak berarti jam kosong. Toh ia dan kawan-kawannya yang non-Muslim akan mendapatkan pelajaran agama sendiri. Lagi pula, di luar jam pelajaran agama, semua murid akan kembali ke kelas untuk belajar dan berinteraksi sosial seperti biasa.

Suatu hari, pada waktu pelajaran agama Islam guru Muslim yang biasa mengajar berhalangan masuk. Jam kosong itu dimanfaatkan para murid untuk bercengkerama dan bersenda gurau satu sama lain. Anak-anak yang non-Muslim tetap berada di kelas karena sang guru tidak hadir. Mereka asyik bermain dengan kawan-kawannya yang Muslim.

Anita tetap di bangkunya karena tidak sedang berminat bermain. Gadis SMP itu lebih suka duduk di tempatnya. Pandangan matanya kemudian tertuju pada beberapa buku di atas meja milik temannya yang Muslim. Buku-buku itu merupakan materi mata pelajaran agama Islam.

Itulah untuk pertama kalinya Anita mengenal beberapa aspek dari ajaran Islam, seperti rukun iman, rukun Islam, ibadah wajib, dan sebagainya.

Iseng-iseng, ia mengambil salah satu buku tersebut setelah pemiliknya mengizinkan. Dibacanya materi keagamaan tersebut. Itulah untuk pertama kalinya Anita mengenal beberapa aspek dari ajaran Islam, seperti rukun iman, rukun Islam, ibadah wajib, dan sebagainya.

Sejak saat itu, ia mulai memerhatikan keunikan agama-agama lain di luar kepercayaan yang dianutnya. Bagaimanapun, Islam tampaknya lebih menarik baginya. Barangkali, hal itu disebabkan banyaknya jumlah kawan yang Muslim di SMP.

''Sejak saya mengenal (ajaran) Islam, saya ingin mengetahui tentang agama lain, terutama dua agama besar yang ada di Indonesia. Namun, Islam lebih menarik bagi saya,'' ujar perempuan yang kini berusia 28 tahun itu dalam tayangan video Mualaf Center Aya Sofya yang dikutip Republika beberapa waktu lalu.

Ia mengenang, ada satu momen yang membuatnya benar-benar terkesan akan Islam. Di SMP, Anita memiliki banyak kawan Muslim. Beberapa di antaranya merupakan sahabat.

Pada suatu hari, azan Zuhur berkumandang. Sebenarnya, hal yang biasa melihat sahabatnya yang Muslim ikut shalat berjamaah di mushala SMP. Namun, kali itu Anita memutuskan untuk ikut menemaninya hingga pelataran tempat ibadah tersebut.

Ketika shalat berlangsung, ia yang saat itu masih non-Muslim memerhatikan bagaimana orang-orang Islam beribadah. Gerakan dan bacaan shalat menimbulkan kesan damai dalam diri Anita. Hatinya tergugah akan kesyahduan yang ditunjukkan jamaah.

Sejak saat itu, ia tidak hanya tertarik mengenal ajaran Islam, tetapi juga hendak mencari tahu bagaimana caranya masuk agama tersebut. Ternyata, untuk menjadi seorang Muslim seseorang hanya perlu mengucapkan dua kalimat syahadat. Dalam bahasa Indonesia, arti kalimat-kalimat itu adalah, ''Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.''

Anita mengakui, pada saat itu hatinya sudah berniat untuk memeluk Islam. Namun, niatnya masih terkendala bayangan akan penolakan dari kedua orang tua. Ia masih takut untuk mengungkapkan keinginannya ber-Islam.

Maka, Anita tetap dengan agamanya yang sama dipeluk ayah dan ibunya. Hingga melalui masa SMP dan SMA, simpatinya terhadap Islam tidak luntur. Di perguruan tinggi, ia semakin intens mempelajari agama tauhid.

Banyak pula kawannya yang merupakan Muslim. Dari mereka, ia mendapatkan kesan tentang dampak ibadah bagi akhlak keseharian. Anita mendapati, teman-temannya yang rajin shalat rata-rata memiliki sifat yang baik. Lisan mereka seperti terjaga dari perkataan yang tidak perlu, seperti ghibah atau mencela orang lain.

Anita selalu merasa damai kala menyaksikan kawan-kawannya itu shalat. Busana mukena yang menutupi seluruh tubuh mereka, kecuali wajah dan telapak tangan, seperti menandakan kebeningan hati. Wajah mereka menampakkan rasa khusyuk. Ia melihat shalat sebagai sebuah interaksi batin antara manusia yang beriman dan Tuhannya.

Masa-masa dirinya sebagai mahasiswa usai sudah. Begitu lulus dari perguruan tinggi, Anita mendapatkan pekerjaan pertamanya. Sebagai seorang karyawati di sebuah perusahaan di Jawa Timur, dirinya mulai bisa mandiri.

Pada saat itulah, keinginannya untuk ber-Islam semakin menguat. Akhirnya, ia pun mengutarakan tekadnya itu kepada orang tua. Mulanya, Anita merasa gugup. Akan tetapi, apa-apa yang ditakutkannya tidak terjadi.

Kedua orang tuanya merestui keinginannya. Mereka berpesan kepada sang buah hati agar bertanggung jawab atas pilihannya tersebut. Salah satu bentuk tanggung jawab itu adalah menjalankan kewajiban sebagai seorang Muslim dengan sebaik mungkin.

Anita lega. Ia semakin bangga akan kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya memang berpandangan terbuka dan menghargai perbedaan. Di lingkup keluarga besar pun, adanya kemajemukan bukanlah soal. Kerukunan selalu terawat dengan baik.

''Yang penting adalah ketika ada acara keluarga saya harus menghargai perbedaan yang ada,'' ujar dia menirukan pesan bapaknya.

Waktu itu, Anita memang belum begitu mendalami ajaran Islam. Akan tetapi, tekadnya sudah bulat. Ia pun berjanji kepada dirinya sendiri untuk terus mempelajari agama tauhid, terutama setelah menjadi Muslimah.

Mulai saat itu, ia banyak menjaring informasi tentang lembaga yang dapat membantu orang-orang yang hendak ber-Islam. Sambil mengisi waktu, Anita pun semakin rajin membaca buku-buku ke-Islaman, termasuk kisah-kisah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Tidak ketinggalan, wanita tersebut juga menghafalkan berbagai aspek pokok agama tauhid, semisal rukun Islam, rukun iman, dan ibadah-ibadah wajib.

Akhirnya, ia menemukan organisasi Mualaf Center Indonesia (MCI). Pilihannya jatuh ke MCI Cabang Malang, Jawa Timur, atau yang biasa disebut Mualaf Center Aya Sofia. Alamat lembaga itu tidak jauh dari tempat indekosnya. Pada Juli 2021, dia mendatangi kantor MC Aya Sofia.

Setelah menyampaikan maksud kedatangannya, pihak organisasi dakwah itu menerangkan proses untuk ber-Islam. Usai mempersiapkan diri, Anita dipersilakan untuk mengikuti syahadat. Ia dibimbing Ustaz Ipung Atria.

Usai mempersiapkan diri, Anita dipersilakan untuk mengikuti syahadat.

''Asyhaduan laa ilaaha illa Allah, wa asyhaduanna Muhammad Rasuulullah. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah,'' ucap Anita. Itulah syahadat pertama yang dilafalkan dirinya.

Setelah resmi ber-Islam, ia mendapatkan penjelasan dari Ustaz Ipung mengenai kewajiban seorang Muslim. Di antaranya adalah mendirikan shalat lima waktu. Dai tersebut mengingatkannya akan sebuah hadis Nabi SAW, ''Shalat adalah tiang agama.''

Sabda Rasulullah SAW itu menegaskan pentingnya ibadah tersebut untuk memperkuat iman dan akhlak seseorang.

Selain itu, Ustaz Ipung juga menerangkan kepadanya perihal ibadah-ibadah sunah. Ternyata, tidak semua amalan wajib dikerjakan. Sebab, ada pula hal-hal yang dianjurkan meskipun tidak mesti dilakukan. Contohnya adalah puasa di luar Ramadhan, shalat Dhuha, atau Tahajjud.

Dengan melakukan ibadah-ibadah sunah, insya Allah seseorang akan mendapatkan tambahan pahala. Kelak di akhirat, timbangan amalan kebaikan akan berat. Dengan ridha Allah, pengamal ibadah wajib dan sunah pun akan masuk ke dalam surga.

''Pada saat di akhirat, jika timbangan keburukan lebih berat, kita akan masuk neraka. Masuk surga bagi manusia yang dalam hatinya ada kepercayaan kepada Allah. Selagi menjadi orang beriman kepada Allah, berapapun dosanya akan diampuni oleh Allah kecuali dosa syirik,'' kata Anita menirukan petuah Ustaz Ipung kepadanya.

Setelah bersyahadat, Anita mengucapkan alhamdulilah beberapa kali. Ia merasa bersyukur karena Allah menganugerahkan cahaya petunjuk kepadanya. Dari MC Aya Sofia, ia mendapatkan kenang-kenangan, antara lain, berupa buku Iqra, mushaf Alquran, mukena, dan hijab.

Beberapa bulan kemudian, ia mengurus hal-hal administratif, termasuk pembaruan data kartu tanda penduduk (KTP). Dengan begitu, ia secara legal sudah terdata sebagai warga negara Indonesia yang beragama Islam.

Hingga kini, Anita terus berupaya meningkatkan kemampuannya, terutama dalam mengaji Alquran dan menghafalkan surah-surah. Ia teringat nasihat para ustazah bahwa menjadi pemeluk Islam berarti pula terus mengupayakan perbaikan akhlak. Sebab, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa beliau diutus oleh Allah untuk menyempurnakan budi pekerti manusia.

Anita sendiri percaya, orang-orang melihat citra Islam pertama-tama dari tabiat kaum Muslimin, bukan dengan mereka membaca Alquran atau hadis. Karena itu, akhlak bisa menjadi jalan untuk berdakwah pula, yakni membuat siapa pun tertarik untuk mengenal ajaran tauhid.***