PANGKALAN KERINCI - Namanya Boy Sastra Permana. Pria yang kini berusia 27 tahun ini merupakan salah seorang anggota Fire Fighter Team PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Meski sudah tujuh tahun menekuni tugas sebagai pemadam kebakaran lahan dan hutan, Boy mengaku tak pernah merasa jenuh.

Boy mengatakan, dirinya selalu bersemangat menjalankan tanggung jawab yang dibebankan, sebab dia menganggapnya sebagai tugas mulia.

''Saya sangat menyadari, kabut asap sangat membahayakan paru-paru orang yang terpapar. Jadi, dengan ikut memadamkan kebakaran lahan dan hutan, kita telah turut membantu menyelamatkan paru-paru masyarakat dari bahaya asap,'' kata Boy, saat dijumpai di Pangkalan Kerinci, Pelalawan, awal Mei 2017.

Karena menganggap pekerjaan yang dilakoninya sebagai tugas mulia, Boy siap bertaruh nyawa untuk memadamkan api. ''Pekerjaan ini jelas tidak ringan, sebab kita harus menjinakkan kobaran api yang terkadang sangat besar. Bahkan sewaktu-waktu bisa saja merenggut nyawa kita. Namun kita selalu siap melakukannya, meskipun nyawa jadi taruhannya,'' tegas pria asal Sumatera Barat ini.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/16092017/boy2jpg-6396.jpgBoy sedang bersiap-siap untuk mengemudikan airboat rela tidak pulang untuk menjalan tugas sebagai fire fighter team.

Boy bercerita, dia rela tidak pulang ke rumah hingga berhari-hari, karena harus menyelesaikan tugasnya di lapangan, terkadang di tengah hutan belantara. ''Kadang berhari-hari tak bisa pulang ke rumah. Karena kita bertekad, baru akan pulang bila api dipastikan sudah padam,'' ujarnya.

Selama menjadi anggota Fire Fighter Team PT RAPP, kisah Boy, ada beberapa pengalaman menarik yang tak bisa dilupakannya. Salah satu diantaranya peristiwa yang dialaminya tahun 2015 lalu.

Boy mengisahkan, ketika itu, beberapa hari menjelang pesta pernikahannya, dia bersama timnya mendapat tugas memadamkan kebakaran lahan yang cukup luas. Dua hari menjelang pesta pernikahannya, Boy masih berjibaku memadamkan api, dan karena kesungguhannya menjalankan tugasnya itu, Boy nyaris lupa bahwa pesta pernikahannya akan berlangsung dua hari lagi.

Beruntung pimpinan dan teman-temannya mengingatkan, bahwa dia harus segera pulang untuk melangsungkan pesta pernikahan. Dengan berat hati, Boy akhirnya pulang dan meninggalkan teman-temannya yang terus berjuang keras memadamkan api. ''Akhirnya saya bisa tepat waktu melaksanakan pernikahan pada tahun 2015 lalu,'' kenang Boy sambil tersenyum.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/16092017/boy3jpg-6395.jpgBoy Sastra Permana menganggap pekerjaannnya sebagai fire fighter merupakan hal mulia

Saat bersanding di pelaminan, Boy berharap kedatangan kawan-kawannya dari Fire Fighter Team PT RAPP. Namun hingga sore, tidak satu pun anggota Fire Fighter Team PT RAPP yang datang. Meski pun agak kecewa, namun Boy menyadari bahwa teman-temannya itu tak bisa melihatnya saat jadi pengantin karena ada tugas penting yang tak mungkin mereka tinggalkan, yakni memadamkan kebakaran lahan.

Namun tanpa diduga Boy, pada malam harinya, sekitar pukul 21.00 WIB, rekan-rekannya beserta Manajer Fire Fighter Team PT RAPP, Yuneldi, datang. Mereka datang masih mengenakan seragam dinas Fire Fighter Team, karena dari lapangan langsung menuju tempat pesta pernikahan Boy, tanpa sempat mandi terlebih dahulu. ''Sehingga tak heran, bila mereka semuanya bau keringat dan asap. Tapi saya sangat bahagia, mereka akhirnya datang di hari yang sangat penting dalam hidup saya,'' ucapnya.

Hanya sempat tiga hari menikmati libur sebagai pengantin baru, karena hari keempat setelah pesta pernikahannya, Boy harus berangkat ke Balikpapan untuk membantu memadamkan lahan yang terbakar. Boy berada di Balikpapan selama dua Minggu.

Meski terasa berat meninggalkan istri yang baru dinikahinya, namun Boy ikhlas menjalankan tugas ke Balikpapan tersebut. ''Ternyata di sana susah sinyal. Demi menelepon keluarga, saya akhirnya memanjat pohon, sehingga mengabari mereka,'' kata Boy, sambil tersenyum.

Istri Sangat Memahami

Boy menambahkan, meninggalkan keluarga dalam waktu lama karena harus melaksanakan tugas memadamkan lahan, sudah menjadi hal biasa. Istrinya pun sangat memahami pekerjaan Boy yang berisiko tersebut, termasuk siap ditinggalkan Boy berhari-hari. ''Bahkan pernah tak bisa pulang hingga enam bulan, demi memadamkan api,'' sebut Boy.

Boy dan timnnya tak hanya memadamkan api di lahan konsesi PT RAPP. ''Kadang kita memadamkan api di luar konsesi perusahaan, bersama-sama dengan masyarakat,'' tuturnya.

Boy mengungkapkan, orangtuanya sangat bangga dengan pekerjaan yang ditekuninya. ''Saking bangganya, sampai-sampai foto saya di airboat saat patroli, dipajang besar-besar di rumah,'' sambungnya.

Boy menjelaskan, dia sudah dapat lisensi dari pemerintah sebagai operator boat. ''Airboat yang saya kemudikan diberi nama Amphibi Pelalawan. Sejak tahun 2004, PT RAPP memiliki 6 airboat dan 8 operator yang sudah berlisensi," urainya.***