SELATPANJANG - Legislator Kabupaten Lingga Kepulauan Riau mengakui keberhasilan Pemkab Kepulauan Meranti dalam mengembangkan sagu sebagai penopang kehidupan ekonomi masyarakat. Mereka pun datang dan belajar langsung ke kabupaten termuda se Provinsi Riau itu.

Keberhasilan Kepulauan Meranti dinilai bukan saja dalam budidaya tanaman kehidupan, tetapi juga dalam mengolah turunanya menjadi berbagai produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

"Kami mengakui Meranti sudah terkenal secara Nasional dan Internasional dalam hal budidaya dan pengelolaan sagu. Untuk itu, dalam rangka membangun sektor pertanian khususnya tanaman sagu kami, dari DPRD ingin belajar dengan Meranti. Nantinya informasi ini akan kami gunakan untuk mendukung Visi dan Misi Bupati Lingga yang salah satunya mengemmbangkan tanaman Sagu," ujar H Kamaruddin, Ketua Rombongan DPRD Kabupaten Lingga dalam pertemuan dengan Pemda Kepulauan Meranti dan DPRD Kepulauan Meranti.

Seperti dijelaskan H Komaruddin yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Kabupaten Lingga, Kepulauan Meranti memiliki karakter tanah mirip dengan Lingga. Dimana banyak ditumbuhi kebun sagu peninggalan nenek moyang terdahulu. Namun sayangnya belum dapat dikelola scara maksimal karena kurangnya referensi terkait pengelolaan Sagu.

"Hanya mampu dikelola secara tradisional sehingga tidak terlalu memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat," kata Komar lagi.

Di Lingga, dijelaskan Komar, jumlah hutan sagu seluas lebih kurang 3000 Ha. Sagu itu tidak ditanam di kebun masyarakat atau kebun milik perusahaan, melainkan tumbuh liar di hutan. Sejauh ini sagu di Lingga belum mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat karena harganya relatif murah, jika di Meranti satu tual Sagu dihargai 45 ribu dan sebatang sagu bisa mencapai Rp400 ribu, di Kabupaten Lingga sebatang Sagu hanya bisa dijual Rp100 ribu. Jumlah turunan pengolahan Sagu yang dapat diproduksipun hanya berupa Sagu Basah dan sagu kering.

Dalam pertemuan itu Legislator Kabupaten Lingga sangat antusias menggali semua informasi terkait budidaya sagu, pengelolaan sagu dan produksi turunanya, pemasaran sagu, hingga seberapa besar potensi sagu dalam menghasilkan PAD bagi daerah.

Seperti dijelaskan Kadis Pertanian Ir Jaka, kebun Sagu di Meranti milik masyarakat seluas 38.614 Ha dan mampu memproduksi 202.062 ton tepung sagu kering pertahun. Tanaman sagu yang dikelola oleh swasta dalam hal ini PT NSP seluas 14.000 Ha dan mampu memproduksi 12.000 ton tepung sagu kering pertahun.

Jumlah kilang Sagu yang terdata saat ini sebanyak 67 kilang sagu dengan kapasitas 58 ribu ton lebih pertahun. 

Keberhasilan budidaya Sagu didukung oleh sektor kearifan lokal yang sudah menjadi budaya masyarakat selain itu sebanyak 60 persen lahan terdiri dari gambut, selain itu juga Meranti yang merupakan kepulauan yang terintrusi air laut. 

Jenis Sagu di Meranti terbagi tiga Sagu Buni, Sagu Beban, dan Sangka. Dan varietas benih Sagu di Meranti telah mengantongi sertifikat sehingga bagi daerah yang ingin membeli bibit dapat mencarinya ke Meranti. Sejauh ini Meranti telah mampu mempoduksi 120 ribu bibit pertahun.

Harapan pemerintah Meranti mengambangkan Sagu adalah dalam upaya peyangga swasembada beras dan gula nasional. Produk usaha utama yang memungkinkan untuk segera dikembangkan akan dibuat beras Analog dan Gula Cair yang butuh dukungan industri.

Yang dinilai menarik oleh Anggota DPRD Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau, adalah keberhasil Meranti manaikan harga jual tual Sagu, dikatakan Sekda harga Sagu di Meranti meningkat berkat kerjasama antara Pemda dengan PT NSP perusahaan pengolah Sagu. Perusahaan ini membeli Sagu masyarakat sesuai dengan harga pasar sehingga terjadi persaingan harga yang sangat menguntungkan petani.

"Ekspor tepung sagu terkenal ke Jawa (Cirebon), karena dikelola perusahaan swasta maka harga dapat ditingkatkan, dan sebagian besar masyarakat di desa menyekolahkan anak dari hasil sagu," jelas Sekda Icut.

Hasil produksi Sagu Meranti berupa Sagu Basah juga diekspor ke negara tetangga Malaysia dan Singapura juga Jepang. Terkait tanaman sagu sendiri dapat diproduksi pada usia 8 tahun, dan hanya cukup dilakukan satu kali tanam selanjutnya akan tumbuh rumpun rumpun baru, selain itu biaya pemeliharaan sangat ringan tanpa pupuk bisa hidup dengan baik.

Kedepan Pemda Meranti akan mengupayakan PAD dari hasil angkut sagu dengan kapal yang dihitung perkilonya.  

Setelah mendengar pemaparan Kadis Pertanian dan Sekretaris Daerah Kepulauan Meranti, Legislator Lingga mengaku memperoleh informasi yang sangat berguna yang nantinya akan menjadi acuan dalam pengembangan Sagu di Kabupaten Lingga. "Kita akan bawa informasi yang sangat berharga ini untuk mendukung visi dan misi Bupati dalam rangka mengembang Sagu di Kabupaten Lingga," pungkas Komaruddin. (Advetorial)