SELATPANJANG - Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kepulauan Meranti periode 2009-2014, Afrizal Cik, mengaku kagum setelah menyaksikan film Bakung di Tepi Tasik karya Sanggar Seni Kepurun Desa Alai Selatan Kecamatan Tebingtinggi Barat, Riau. Pasalnya, meski tak dapat pendidikan khusus di akademi perfilman, sanggar ini mampu menghasilkan film yang sangat bagus.

Hal itu diakui langsung Afrizal Cik usai menonton film karya sanggar yang digawangi Saipul Rizan. Kata Afrizal Cik, Ia sangat kagum dengan film tersebut, dan berharap pihak legislatif dan eksekuif bisa memperhatikan putera puteri Meranti yang mau berbuat.

"Walau tidak didik di akademi perfilman khusus, mereka (Sanggar Seni Kepurun, red) bisa berbuat seperti ini dan itu sangat bagus," ujar Afrizal Cik, Sabtu (6/2/2016).

Laki-laki pengarang buku Tanah Jantan yang Melawan ini, mengharapkan akivitas dan kreativitas putera puteri Meranti dikembangkan dan harus dibantu dengan APBD. Menurutnya, inilah orang-orang yang nantinya harus menjadi pengurus seni di Kota Sagu.

"Tempatkan mereka berjiwa seni untuk mengurus kesenian di Meranti. Semoga yang lain mengikuti langkah Sanggar Kepurun. Semoga film ini menjadi tonggak awal film kreatif di Tanah Jantan," ujar Afrizal lagi.

"Kalau ada yang bilang film ini buruk, mereka itu yang sebenarnya buruk hati dan tunjukkan sama kami yang terbaik dalam bentuk film," tambah Afrizal.

Di tempat yang sama, Sekretaris Disparpora Meranti Drs H Ismail Arsyad, juga mengaku sanga puas atas tanggapan masyarakat Meranti. Kedepannya mereka akan membuat festival film lokal, sebagai bentuk apresiasi atas karya anak Meranti.

"Tambahkan dana di pariwisata khusus untuk perfilman, agar kedepan kita lebih maksimal dalam membina sanggar-sanggar di Meranti ini," kata Ismail pula.

Komentar lain juga disampaikan Sari Dewi guru SMA N 2, Abdullah Dinas Pendidikan, dan Atansyam pelaku seni dan wartawan di Meranti, mereka mengaku terkesan. Apalagi yang menghasilkan karya ini anak-anak desa jauh dari Ibukota.

"Tadi ada yang berkomentar ending filmnya tidak jelas. Tapi sebenarnya, itulah sindiran sosial halus dan lembut dari seniman. Sebab, dari aspek hukum di Indonesia, memang kurang jelas. Dia (Ketua Sanggar Seni Kepurun, red) menyampaikan pesan-pesan yang tendensius, yang luar biasa," ujar Abdullah pula.

Sedangkan Saipul Rizan, Ketua Sanggar Seni Kepurun mengaku terharu atas sambutan baik dari semua pihak. Menurutnya apa yang dilakukan, tidak terlepas dari pendidikan, (mendidik). Laki-laki berprofesi sebagai guru SD ini pun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung. ***