DURI - Rumah Adat Batak di Jalan Rangau KM 7, Kelurahan Pematang Pudu, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau yang sudah menjadi hot news tujuan wisata orang Riau. Di komplek objek wisata itu, pengunjung bisa melihat 2 patung gajah.

Ternyata patung gajah itu punya makna tersendiri bagi Nursita Nainggolan Papaga pendiri dan pemilik tempat wisata Rumah Adat Batak satu-satunya di Riau ini. Hal itu diakui Nursita saat dikonfirmasi GoRiau.com, Jumat (22/4/2017) di rumahnya.

"Patung gajah ini saya buat sebagai penghormatan saya kepadanya. Kenapa begitu, saat awal kami tinggal di sini, sebagai orang baru atau pendatang baru di Duri, gajah-gajah ini yang selalu melindungi kami dari bahaya dan ancaman orang yang berniat jahat," ujar wanita yang akrab disapa Bou ini.

Dahulunya, kata Bou, ada sekitar 36 ekor gajah yang selalu mendatangi rumah kami. Gajah ini bisa makan hasil kebun dengan lahap tanpa diusik dan diusir.

"Dari zaman nenek moyang kami dulu, gajah ini adalah kudanya orang sakti yang pintar. Jia dimongin dia akan datang karena mungkin dia sangat peka. Kalau ada orang mau mencuri di sini, gajah-gajah inilah yang selalu menyelamatkan kami," tandasnya lagi.

Nursita berharap, saat nanti objek wisata yang dibuatnya ini sudah tuntas segala sarana dan prasaranannya, ia berharap Presiden Joko Widodo datang untuk meresmikannya.

"Saya akan datang menemui Pak Jokowi ke Istana Negara. Selain Gubernur Riau, saya berharap Pak Jokowi datang meresmikan Rumah Adat Batak yang baru satu-satunya ada di Riau ini," tutup Bou.

Rumah Adat Batak tersebut dibangun Nursita Nainggolan Papaga sendiri tanpa ada campur tangan dana pemerintah di sana. Dengan pemikiran yang sangat maju untuk mengembangkan objek wisata di Indonesia, Nursita tidak ragu untuk merogoh koceknya dalam-dalam.

Pengunjung dipastikanya tidak akan kecewa saat sampai di sana. Banyak spot untuk berfoto dan selfie, dan banyak pengetahuan tentang adat Batak, Sumatera Utara yang bisa kita temui di sana. Salah satunya pertunjukan Sigale-gale.

"Jika peresmiannya nanti, kita akan makan bersama dengan memotong 7 lembu, 7 kerbau dan 7 kuda. Saat ini pengunjung yang masuk dikenakan biaya tiket senilai Rp 10 ribu, itu untuk kebersihan. Karena selama ini pengunjung yang datang ke sini banyak meninggalkan sampah sembarangan di sekitar komplek ini. Biaya ini juga untuk perawatan bangunan rumah Adat Bataknya," tutupnya.***