PEKANBARU -- Ibrahim bin Adham merupakan ahli ibadan yang doanya selalu dikabulkan Allah SWT. Namun, pernah selama 4 bulan doa Ibrahim bin Adham tidak dikabulkan Allah SWT disebabkan sebutir kurma yang dimakannya. Berikut kisahnya seperti dikutip dari Ihram.co.id.

Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke Baitul Maqdis. Untuk bekal di perjalanan, ia membeli kurma dari seorang pedagang yang berjualan di dekat Masjidil Haram.

Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak di dekat timbangan. Menyangka bahwa kurma itu merupakan bagian dari kurma yang ia beli, maka tanpa ragu Ibrahim memungut lalu memakannya.

Setelah itu ia langsung berangkat menuju Baitul Maqdis. Empat bulan kemudian Ibrahim tiba di Baitul Maqdis.

''Seperti biasa ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan di bawah kubah Sakhra,'' tulis Mokh Syaiful Bakhri dalam bukunya ''Belum Haji Sudah Mabrur.''

Ia shalat dan berdoa khusyuk sekali. Tiba-tiba ia mendengar percakapan dua malaikat tentang dirinya: ''Itu Ibrahim bin Adham ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan Allah SWT,'' kata malaikat yang satu.

''Tetapi sekarang tidak lagi. Doanya ditolak karena 4 bulan yang lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat Masjid al-Haram,'' jawab malaikat yang satu lagi.

Betapa terkejutnya Ibrahim bin Adham. Dia sedih membayangkan bahwa selama 4 bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan mungkin amalan lainnya tidak diterima oleh Allah SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya.  

''Astagfirullah al-adzhim,'' kata Ibrahim memohon ampun atas kekhilafannya.

Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Makkah menemui pedagang tua penjual kurma untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya. Begitu sampai di Makkah, ia langsung menuju tempat penjualan kurma itu, namun dia tidak menemukan pedagang tua itu.

''Namun yang dijumpainya malah seorang anak muda yang sedang berjualan di situ,'' katanya.

Kepada anak muda itu Ibrahim bin Adham bercerita bahwa empat bulan yang lalu dirinya pernah membeli kurma dari seorang pedagang tua. Tanpa sengaja telah memakan sebutir kurma yang bukan haknya.

''Di manakah dia sekarang pedagang itu?'' tanya ibrahim.

''Sudah meninggal ssebulan yang lalu,'' jawab anak muda itu.

''Saya sekarang meneruskan pekerjaan pedagang kurma,'' sambung anak muda itu.

''Innalillahi wainna ilaihirojiun. Kalau begitu, kepada siapa saya harus meminta panghalalan?'' tanya ibrahim.

Lantas Ibrahim menceritakan peristiwa yang pernah dialaminya, sementara muda itu mendengarkan cerita dengan penuh hikmat.

''Nah begitulah ceritanya,'' kata Ibrahim.

''Engkau sebagai ahli waris orang tua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur saya makan tanpa izin?'' tanya Ibrahim.

''Bagi saya tidak masalah, insya-Allah saya halalkan, tetapi entah dengan saudara-saudara saya yang lainnya berjumlah 11 orang. Saya tidak berani mengatasnamakan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya,'' jawab pemuda itu.

''Di mana alamat saudara-saudaramu, biar saya temui mereka satu persatu,'' kata Ibrahim.

Setelah menerima alamat rumah, Ibrahim bin Adham pergi menemui saudara-saudara dari anak muda tersebut. Walaupun jauh, akhirnya selesai juga ditemui Ibrahim dan semua setuju menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim.

Empat bulan kemudian, Ibrahim bin Adham sudah kembali berada di bawah Sakhra di Abitul Maqdis. Tiba-tiba dia mendengar kembali dua malaikat yang dulu bercakap-cakap.

''Itulah Ibrahim bin Adham yang yang dulu doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain,'' kata seorang malaikat.

''Oh tidak, sekarang doanya sudah makbul lagi setelah dia mendapatkan penghalalan dari para ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwanya kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang bukan haknya. Sekarang dia sudah bebas,'' ujar malaikat satu lagi.***