JAKARTA - Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.425 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Jumat (25/6) sore. Posisi ini menguat 15 poin atau 0,1 persen dari Rp14.440 per dolar AS pada Kamis (24/6).

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.447 per dolar AS atau menguat dari Rp14.462 per dolar AS pada Kamis kemarin.

Rupiah menguat dengan mayoritas mata uang Asia lainnya, seperti won Korea Selatan 0,61 persen, peso Filipina 0,55 persen, dan baht Thailand 0,39 persen.

Lalu, yuan China menguat 0,24 persen, yen Jepang 0,12 persen, ringgit Malaysia 0,1 persen, dolar Singapura 0,09 persen, dan dolar Hong Kong 0,02 persen. Hanya rupee India yang melemah 0,08 persen.

Begitu juga dengan mayoritas mata uang utama negara maju yang berada di zona hijau. Hanya poundsterling Inggris yang melemah 0,13 persen.

Sedangkan dolar Australia menguat 0,16 persen, dolar Kanada 0,15 persen, rubel Rusia 0,1 persen, euro Eropa 0,1 persen, dan franc Swiss 0,07 persen.

Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong menilai penguatan rupiah pada hari ini lebih karena sentimen pelemahan dolar AS. Mata uang negeri Paman Sam sendiri melemah karena pasar masih menanti arah kebijakan moneter dari bank sentral AS, The Federal Reserve.

"Ini hanya dari reaksi pasar yang beragam dari perkembangan ekonomi dan moneter global, terutama AS. Untuk yang hari ini, lebih karena dolar AS melemah," kata Lukman kepada CNNIndonesia.com.

Sebab, kalau dari dalam negeri, menurutnya, kurs rupiah seharusnya melemah karena jumlah kasus harian virus corona tengah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Pada Kamis kemarin, jumlah kasus harian bahkan mencetak rekor tertinggi sebanyak 20 ribu dalam sehari.

"Jadi kemungkinan nantinya rupiah akan berbalik melemah, karena kasus melonjak, utang pemerintah juga semakin besar, ini yang bisa mempengaruhi rupiah pekan depan, meski sekarang trennya mendapat dukungan dari pelemahan dolar AS," tandasnya.***