GENEWA - Mengingat ancaman yang ditimbulkan oleh perkembangan cepat teknologi kecerdasan buatan (AI), CEO OpenAI, Sam Altman, menyerukan peran aktif Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam melakukan pengawasan terhadap AI.

Dalam kunjungannya ke Uni Emirat Arab pada 6 Juli 2023, Altman memberikan peringatan keras bahwa AI, jika tidak dikendalikan, dapat membawa petaka bagi umat manusia. "Kita menghadapi risiko serius. Kita menghadapi risiko eksistensial," ungkap Altman seperti yang dilaporkan oleh AFP pada Minggu (9/7/2023).

Altman berpendapat bahwa dunia sedang berhadapan dengan tantangan besar: bagaimana mengelola risiko potensi bahaya AI sambil tetap memanfaatkan keuntungannya. "Tidak ada yang ingin menghancurkan dunia," tambah Altman, menekankan pentingnya kontrol dan pengawasan dalam pengembangan AI.

OpenAI, di mana Altman menjabat sebagai CEO, adalah perusahaan yang mengembangkan ChatGPT, sebuah chatbot populer yang telah menarik perhatian dunia. Meskipun chatbot tersebut telah memberikan kontribusi signifikan dalam cara belajar dan bekerja manusia, keberadaannya juga memicu kekhawatiran tentang risiko penggunaan AI.

Terkait risiko tersebut, pada Mei 2023, Altman bersama dengan ratusan tokoh industri lainnya, menandatangani sebuah surat yang memperingatkan tentang potensi bahaya AI. "Memitigasi risiko kepunahan yang ditimbulkan AI harus menjadi prioritas global bersama dengan risiko skala sosial lainnya seperti pandemi dan perang nuklir," kata Altman dalam surat tersebut.

Altman melihat IAEA, pengawas nuklir PBB, sebagai contoh pengawasan efektif atas teknologi berbahaya. Ia mendesak pembentukan badan serupa untuk mengawasi perkembangan AI.

Saat ini, 27 negara Uni Eropa sedang berusaha untuk membuat UU AI yang dapat dijadikan standar global untuk kecerdasan buatan. Altman mengungkapkan kepada Kongres AS bahwa peran pemerintah dalam mengendalikan risiko AI sangat penting.

Namun, Uni Emirat Arab, yang dikendalikan oleh federasi otokratis tujuh syekh, menunjukkan risiko lain dari AI, terutama dalam hal pengawasan terhadap hak asasi manusia. Altman memperingatkan bahwa teknologi AI seperti ChatGPT dapat digunakan untuk tujuan yang merugikan jika tidak dikendalikan dengan benar. ***