PEKANBARU - Sebagai gambaran bagaimana demokrasi di Indonesia, khususnya Provinsi Riau beberapa waktu terakhir, lahirlah buku Demokrasi Wani Piro, yang merupakan salah satu karya Bagus Santoso.

Bagus yang merupakan anggota DPRD Provinsi Riau dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini, memang sudah aktif menulis dari dulu. Bahkan, sebelumnya ia sudah menerbitkan beberapa buku.

Ketua DPRD Provinsi Riau yang turut hadir membuka acara bedah buku Demokrasi Wani Piro, Septina Primawati pun mengapresiasi karya legislator yang dibesarkan di Bengkalis tersebut.

Menurutnya, di tengah kesibukan Bagus sebagai wakil rakyat, mantan wakil ketua DPRD Kabupaten Bengkalis ini masih tetap produktif menulis.

"Saya sangat mengapresiasi beliau yang terus memproduksi karya. Semoga buku-buku yang telah diterbitkan bermanfaat bagi masyarakat Riau, apalagi buku ini tentang politik saat ini," kata Septina di Pekanbaru, Senin (4/3/2019).

Sementara sang penulis buku Demokrasi Wani Piro yang juga anggota DPRD Riau dua periode, Bagus Santoso memaparkan, bahwa judul buku yang menggunakan Bahasa Jawa ini sudah menjelaskan bagaimana situasi politik saat ini.

"Buku itu mengungkapkan apa yang terjadi secara empirik saat ini. Termasuk apa yang dihadapi masyarakat dan caleg serta parpol jelang pemilu tahun ini," terangnya.

Buku itu, menurutnya juga menjadi jawaban juga dapat solusi dan juga keresahan masyarakat. Pasalnya, saat ini banyak problem demokrasi yang belum diketahui terutama masyarakat di pelosok-pelosok sehingga masyarakat memberikan hak suara dengan catatan Wani Piro.

Namun disisi lain, masyarakat sudah mulai jenuh karena masyarakat sering menjumpai caleg yang bersosialisasi tapi hasilnya tidak seperti diharapkan.

"Masyarakat mengatakan, caleg sudah terpilih tetapi lupa dengan masyarakat. Masyarakat hanya mendorong mobil mogok, kalau mesin mobil menyala masyarakat ditinggalkan," paparnya.

"Masyarakat tidak mengetahui yang dipilih karena calegnya tinggal di luar daerah. Inilah namanya demokrasi wani piro, caleg tidak mengurus rakyat karena sudah merasa memberikan uang kepada masyarakat. Sebaliknya masyarakat juga sudah berhutang budi sehingga memilih caleg tersebut," tutupnya. ***