PEKANBARU - Riau yang terkenal sebagai negeri yang ramah terhadap para pendatang tercoreng akibat ulah pihak Imigrasi Kelas II Pekanbaru yang memperlakukan para imigran Timur Tengah yang mencari suaka ke Indonesia seperti orang yang hina alias gembel. Sebagai negeri yang ''diajari'' sopan santun dengan, perlakukan kasar pihak Imigrasi ini tentu telah mencoreng negeri Melayu. Jika memang tidak menerima, seharusnya perlakukan buruk tidak diberikan.

Pantauan GoRiau.com, di Kantor Imigrasi Kelas II Pekanbaru, Riau di lapangan, terlihat kehidupan para pencari suaka asal Timur Tengah ini menyedihkan. Sehari-hari mereka tinggal di emperan parkir perkantoran megah itu hanya beralaskan tikar. Siang hari siang mereka tersengat matahari, dan malam terserang dingin yang menusuk tulang.

Para pencari Suaka tersebut diperlakukan sungguh tak manusiawi. Mereka dibiarkan seperti gelandangan. Parahnya, mereka memiliki anak-anak. Hidup tanpa atap dan hanya tinggal di emperan gedung kantor Imigrasi yang di dalamnya dilengkapi penyejuk udara (AC).

Tak ada keceriaan di wajah para pencari Suaka ini. Bahkan anak-anak mereka terlihat banyak duduk sambil melamun di antara tumpukan barang-barang yang tak terurus di perkantoran Imigrasi Pekanbaru itu. Padahal diusia mereka mestinya bergembira sambil bermain.

Tidak cuma itu, bahkan ada satu keluarga asal Afghanistan yang hidup di bahu jalan bersama anak-anaknya, termasuk seorang Balita. Panasnya aspal sudah jadi makanan sehari-hari, dengan cuma beralaskan karpet plastik yang telah usang.

Bila malam, satu keluarga itu pindah ke emperan toko milik warga untuk tidur. Jika hujan mereka terpaksa tidak tidur sepicing pun. Keadaan itu sudah mereka lalui lebih kurang tujuh bulan, setidaknya begitu pengakuan salah seorang diantara pencari Suaka tersebut.

"Di Kantor Imigrasi sudah tidak ada tempat, sebab itu kami tinggal di tepi jalan," ungkap Husein, pencari Suaka asal Afghanistan ini saat diwawancarai GoRiau.com. Husein yang cukup fasih berbahasa Inggris itu mengaku sangat sedih melihat nasib keluarganya.

Kata dia, untuk makan saja mereka tak punya uang. Beruntung warga sekitar banyak yang berbaik hati dan memberi apa saja yang bisa mengganjal perutnya hari demi hari. Kalau sedikit, ia terpaksa mendahulukan anak-anak. Bahkan pernah juga tak makan seharian.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/04042017/oke5jpg-5703.jpg

Belum lagi resiko nyawa yang harus dihadapinya. Kenapa tidak, satu keluarga tinggal di atas jalan yang dlintasi kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Di sana anak-anaknya tidur. Belum lagi debu serta gas pembuangan dari kendaraan yang melintas.

Meski harus mengambil resiko, Husein mengaku keluarganya tidak diperdulikan oleh pihak Imigrasi. Padahal tempatnya itu cuma berjarak beberapa meter dari perkantoran tersebut. Setidaknya ia berharap dapat tempat yang cukup layak, sehingga tak perlu tinggal di jalan.

Sementara itu, informasi yang diperoleh GoRiau,com, seharusnya pihak Imigrasi memperlakukan para imigran seperti manusia layaknya, karena mereka dikabarkan juga dibantu pihak UNHCR dan IOM dan PBB. ***

https://www.goriau.com/assets/imgbank/04042017/oke4jpg-5702.jpg

https://www.goriau.com/assets/imgbank/04042017/oke3jpg-5701.jpg

https://www.goriau.com/assets/imgbank/04042017/oke2jpg-5700.jpg

https://www.goriau.com/assets/imgbank/04042017/oke1jpg-5699.jpg