PEKANBARU, GORIAU.COM - PT Chevron Pasific Indoensia bekerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Riau mengadakan pelatihan untuk membentuk remaja peduli atas bahaya pengakit mematikan itu.

"Untuk diketahui, bahwa dewasa ini penyalahgunaan zat psikotropika dan perilaku seks menyimpang akibat pergaulan bebas semakin mengkhawatirkan," kata Manager Komunikasi Chevron, Tiva Permata lewat pesan elektronik kepada wartawan di Pekanbaru, Sabtu sore (30/11/2013).

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Juni 2011 menperlihatkan risiko penularan HIV/AIDS melalui transmisi seksual adalah yang tertinggi atau mencapai 57,7 persen, kemudian disusul penggunaan narkoba jarum suntik sebanyak 36,2 persen. Lalu pada ibu kepada anak sebesar 2,8 persen dan melalui tranfusi darah sebanyak 0,2 persen, katanya.

Sedangkan dari faktor usia, dilaporkan usia muda antara 20-29 tahun merupakan kelompok yang tertinggi atau mencapai 46,4 pesen, disusul kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 31,5 persen. "Tak heran apabila pemerintah dan berbagai pihak menyatakan keprihatinannya atas kondisi tersebut," kata Tiva.

Sebagai wujud kepedulian akan kesehatan serta edukasi untuk generasi penerus bangsa, demikian Tiva, Chevron bekerjasama dengan KPA Riau mengadakan pelatihan dengan tema "Pelatihan Pendidik Sebaya dan Pembentukan Remaja Peduli AIDS".

Kegiatan ini menurut dia, dilaksanakan di 20 sekolah pada Kecamatan Pinggir dan Mandau, Kabupaten Bengkalis. "Pelatihan bertempat di Hotel Engriani, Duri dan diikuti oleh 40 siswa-siswi setingkat SMP, SMK/SMA pada tanggal 28 - 30 November 2013," kata dia.

Pelatihan Pendidik Sebaya dan Pembentukan Remaja Peduli AIDS yang diusung Chevron, kata dia, merupakan bagian dari program investasi sosial perusahaan di bidang kesehatan.

Melalui pelatihan ini, kata Tiva, diharapkan dapat membentuk dan menciptakan 40 remaja di 20 sekolah yang peduli terhadap pencegahan dan penanggulangan Human Immunodefiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodefiency Syndrome (AIDS). "Sebagai duta remaja peduli HIV dan AIDS, mereka akan berperan sebagai aktor penyampai informasi di sekolah, komunitas dan lingkungan sekitar masing-masing," katanya.

Remaja dipilih sebagai sumber informasi karena mereka biasanya senang curhat dan berbagi cerita dengan sahabat ataupun rekan sebayanya, kata Tiva. "Di sini remaja tersebut akan berperan sebagai pendidik dan konselor sebaya. Oleh karenanya, mereka akan dibekali dengan pendidikan dan pengetahuan tentang HIV dan AIDS mulai dari tahap pencegahan, penanggulangan, peningkatan lifeskills hingga permasalahan remaja lainnya, misal: kesehatan reproduksi, narkoba, tawuran, pendewasaan usia pernikahan," kata dia.

Tiva Permata selaku Manajer Komunikasi PT Chevron Pacific Indonesia menjelaskan, program ini dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas remaja agar mampu menjadi pendidik bagi teman-teman sebayanya.

Menurut dia, mereka akan menjadi agen informasi untuk memberikan penyuluhan sejak dini tentang pengetahuan, perilaku, serta sikap yang produktif adalah langkah penting untuk mengatasi isu-isu sosial di kehidupan global seperti HIV dan AIDS. "Musuh kita adalah HIV dan AIDS itu sendiri, bukan penderitanya," kata dia.

"Medical officer" dari Chevron, dr. Arif Tribawono memberikan penyuluhan seputar reproduksi, dan Infeksi Menular Seksual (IMS).

Ia menghimbau para remaja untuk lebih memperhatikan keadaan sekitar karena pada umumnya penderita HIV/AIDS tidak langsung merasakan gejala-gejalanya pada saat mereka mulai terinfeksi. "Perjalanan HIV pada tubuh mencakup tiga macam dan dua di antaranya bisa memakan waktu bertahun-tahun, yaitu Typical dan Long Term or Non- Progress," katanya.

Setelah virus ini berkembang biak dan kian intensif, demikian Arif, maka gejala-gejala klinis seperti pneumonia pada paru-paru, baru mulai terasa pada tubuh penderita. Jika gejala-gejala ini sudah terjadi, lanjut kata dia, penderita beserta keluarga dan kerabat akan mengemban cobaan yang sangat berat, baik secara mental maupun fisik.

Chevron berharap setelah para remaja mendapatkan pengetahuan, mengetahui sebab dan akibat dari virus HIV dan AIDS mereka dapat menjadi motor penggerak bagi masyarakat sekitarnya untuk menjalankan pola hidup sehat, bebas risiko kesehatan maupun moral.(fzr/ant)