ABUJA -- Pemerintah Nigeria membubarkan Pasukan Khusus Antiperampokan (SARS). Pembubaran dilakukan setelah terjadi protes besar-besaran masyarakat terhadap aksi brutal para aparat unit polisi khusus tersebut.

Dikutip dari Inews.id, Kantor Kepresidenan Nigeria menyatakan, pembubaran Pasukan Khusus Antiperampokan (SARS) akan segera diberlakukan. Sementara itu, Kepolisian Nigeria berjanji akan memproses hukum para aparat yang terlibat dalam kasus kekerasan itu.

''Kami akan memulai penyelidikan kejahatan yang dilakukan terhadap warga negara. Pelakunya akan dihukum,'' ungkap Kepolisian Nigeria, Ahad (11/10/2020), dikutip AFP.

Penyelidikan terhadap unit yang dibubarkan itu akan melibatkan masyarakat sipil dan kelompok HAM, kata lembaga itu.

Kepolisian Nigeria juga sedang menyusun prosedur baru untuk menangani kasus-kasus kejahatan yang sebelumnya diselidiki oleh unit SARS. Sementara, para petugas SARS akan dimutasi ke unit lain.

Pengumuman pembubaran SARS muncul setelah memuncaknya kemarahan warga Nigeria selama sepekan terakhir—yang diekspresikan lewat aksi unjuk rasa di jalan-jalan dan di media sosial—terhadap unit polisi khusus itu. Para anggota SARS diduga kerap melakukan penangkapan secara ilegal, pemerasan, penyiksaan, dan bahkan pembunuhan.

Satu video baru-baru ini menjadi viral karena menampilkan dugaan pembunuhan seorang pria oleh petugas SARS di Negara Bagian Delta. Pria yang merekam video tersebut akhirnya ditangkap. Penangkapannya lantas memicu kemarahan yang lebih besar dari rakyat Nigeria.

Pada 4 Oktober, ketika aktivitas SARS ditangguhkan, Wakil Presiden Nigeria, Yemi Osinbajo, mengecam kekerasan polisi ketika ditanyai wartawan.

''Saya sangat prihatin, bahkan, sangat marah atas apa yang saya lihat terjadi pada para lelaki dan perempuan muda yang ditangkap. Dalam beberapa kasus, mereka dilukai atau dibunuh oleh anggota polisi,'' kata Osinbajo.

Kelompok HAM seperti Amnesty International telah bergabung dalam gerakan protes terhadap aksi brutal unit SARS itu. Pada Jumat (9/10/2020), tagar #EndSARS menjadi topik Twitter yang paling tren di Nigeria.***