PANGKALANKERINCI, GORIAU.COM - Aksi penyelamatan terhadap keberadaan Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) di Propinsi Riau yang yang kondisinya semakin memprihatinkan terus diupayakan oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Salah satunya melalui pelatihan dan sosialiasi konservasi Gajah Sumatera kepada karyawan, karyawan mitra perusahaan, serta lembaga pemerintahan yang telah diselenggarakan sejak 6 April 2015 hingga 8 April 2015 di Baserah, Teso, dan Ukui.

Dalam kesempatan ini, salah satu narasumber yang dihadirkan yakni Koordinator Mitigasi Konflik Gajah dan Harimau World Wide Fund (WWF), Syamsuardi, menerangkan kepada peserta pelatihan jika manusia dan gajah seringkali salah bereaksi pada saat keduanya bertemu sehingga memicu terjadinya konflik.

''Respon yang ditunjukkan manusia dan gajah pada saat bertemu seringkali salah sehingga keduanya sama-sama menimbulkan reaksi yang memicu konflik karena adanya misunderstanding. Kita harus mampu mengenali dan memahami perilaku gajah sehingga mitigasi konflik gajah dan manusia bisa dilakukan,” kata Syamsuardi saat berbincang, Rabu (8/3).

Syamsuardi menjelaskan, sebagian besar manusia yang hidup dan bekerja di kantung-kantung gajah belum memahami dan mengenal secara betul bagaimana perilaku gajah saat bertemu dengan mereka. Menurutnya, hal ini harus diketahui sehingga respon yang ditunjukkan tepat dan bisa berkomunikasi dengan baik satu sama lainnya.

''Pada saat gajah bertemu manusia, gajah tidak akan langsung menyerang gajah. Dia akan diam dan mengobservasi. Ciri-ciri dia sedang mengobservasi orang didepannya yakni kupingnya agak tegak berdiri. Nah pada saat ini, manusia harus diam, jangan lari ataupun berteriak. Makanya, pengetahuan ini diperlukan," ujar Syamsuardi.

Syamsuardi pun mengapresiasi acara yang diinisiasi oleh perusahaan pulp dan kertas ini. Dia berharap, RAPP bisa terus melanjutkan program sosialisasi mengenai konservasi dan mitigasi penanganan konflik Gajah Sumatera.

''Kegiatan ini positif dan baik yang telah dilakukan RAPP. Semoga program ini bisa terus dilakukan ke depan tidak hanya internal tapi kami harapkan bisa dilakukan ke eksternal agar semua orang yang tinggal di dekat wilayah habitat gajah tahu bagaimana penanganan konflik gajah," ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Bidang Wilayah I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Johnny Lagawurin. Dalam kesempatan yang sama, Johnny mengapresiasi program pelatihan dan sosialiasi konservasi Gajah Sumatera RAPP kepada karyawan dan mitra perusahaan.

''Jadi yang dilakukan perusahaan ini adalah suatu kondisi yang baik. Memang untuk melakukan konservasi terhadap Gajah Sumatera ini tidak bisa dilakukan sendiri. Tapi harus bersama-sama. Harus ada multipihak yang bergerak bersama seperti ini. Semoga awareness dan rasa care ini bisa terus ditumbuhkan sehingga komitnwn konservasi itu diperkuat lagi," kata Johnny.

Disampaikan Johnny, komitmen perlindungan dan konservasi gajah juga harus dilakukan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang ada dan tidak merugikan salah satu pihak. Beberapa peraturan yang dia sebutkan diantaranya, Undang-undang (UU) nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 7&8 Tahun 1999 tentang pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar.

''Dari sisi aturan, aturan konservasi gajah populasi dan gajah harus diikuti. Kita harus kembali melindungi Gajah Sumatera sebagai ikon penting warga setempat. Kita jangan antipati kepada gajah tapi kita harus tahu bagaimana perilaku gajah itu. Ke depan, teman-teman environment harus memonitoring lebih intensif lagi mengenai pergerakan gajah," ujarnya.

Pelatihan dan sosialisasi konservasi Gajah Sumatera ini merupakan tindak lanjut dari diskusi dan perumusan bersama tentang pemantapan konservasi Gajah Sumatera Bentang Alam Taman Nasional Tesso Nilo pada 11 Maret 2015 lalu di Hotel Unigraha yang diinisiasi oleh RAPP dan melibatkan berbagai pihak seperti BBKSDA, Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan, kepolisian, WWF serta Yayasan TNTN untuk nelakukan penyelamatan terhadap keberadaan Gajah Sumatera di Propinsi Riau dan menunjukkan komitmen perusahaan untuk melestarikan keanekaragaman hayati.

Salah satu program yang sudah dijalankan oleh RAPP dalam rangka melakukan konservasi terhadap Gajah Sumatera adalah elephant flying squad (EFS). Program ini telah dijalankan sejak tahun 2004 dan memiliki 6 gajah terlatih di Estate Ukui untuk melakukan patroli untuk menghalau gajah liar yang merusak kebun warga. Melalui EFS, tim di lapangan juga akan melakukan pencatatan data keberadaan gajah liar, mengidentifikasi adanya pembalakan liar, serta memberikan kesadaran masyarakat sekitar untuk menghindari konflik manusia-gajah.

Direktur RAPP Mulia Nauli, mengatakan selain program dari RAPP, diperlukan upaya bersama dalam rangka melakukan mitigasi konflik gajah dan manusia yang harus menjadi perhatian bersama. “Kondisi keberadaan gajah sumatera di Bentang Alam Tesso Nilo semakin memprihatinkan. Perlu kiranya menjadi perhatian bersama untuk memantapkan kembali kegiatan konservasi gajah Sumatra terutama upaya mitigasi konflik, pencegahan perburuan, serta upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan” kata Mulia.

Sementara itu, RAPP Sustainability Head, Inra Gunawan, mengatakan perlindungan dan konservasi Gajah Sumatera merupakan tanggung jawab bersama baik dari pemerintah maupun Non Government Organization (NGO) yang berada di wilayah sekitar habitat gajah.

''Masalah konflik dan kematian gajah sumatera merupakan tanggung jawab bersama sehingga diperlukan komitmen bersama. Oleh sebab itu, dalam pelatihan dan sosialisasi ini, kami turut mengajak instansi lain seperti Dinas Kehutanan Pelalawan, Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), dan WWF," ungkapnya.

Disampaikan Inra, pendekatan dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman karyawan perusahaan memang disekitar Bentang Alam Tesso Nilo harus disinergikan sehingga upaya mitigasi konflik bisa dilakukan. “Kesadaran mengenai perlindungan dan konservasi gajah harus ditingkatkan dan dilakukan secara optimal sehingga reaksi tanggap terhadap konflik dapat dilakukan dengan cepat,” pungkasnya. (rls)