JAKARTA, GORIAU.COM - Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Dede Mulkan, mengatakan siaran televisi pada sesi terakhir debat calon presiden menguntungkan calon presiden dari Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto dan tak terlalu menguntungkan calon presiden asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Joko Widodo. Dede menggunakan perspektif penyiaran televisi.

''Intinya, di sesi terakhir itu, Prabowo seolah berkomunikasi langsung kepada pemirsa atau pemilih, sedangkan Jokowi kurang berkomunikasi secara langsung. Ini soal mata mereka melihat ke kamera atau tidak,'' kata Dede saat dihubungi, Ahad, 15 Juni 2014.

Sesi terakhir itu adalah sesi penajaman visi-misi. Prabowo dan Jokowi diberi kesempatan masing-masing tiga menit untuk menyampaikan penajaman visi-misi mereka.

Ketika Prabowo menyampaikan visi-misi, menurut Dede, postur tubuh Prabowo tepat berada di tengah televisi. ''Sentris dan fokus,'' kata dia.

Sebaliknya Dede menilai tubuh Jokowi terlalu miring ke arah sisi kiri televisi. ''Padahal dalam konteks penyiaran televisi, apalagi untuk acara debat, para calon presiden itu berbicara kepada pemirsa di seluruh Indonesia,'' kata Dede. "Dan Jokowi kurang dalam melakukan itu di sesi terakhir."

Prabowo dan Jokowi bertemu lagi di arena debat calon presiden, Ahad malam, 15 Juni 2014, di Hotel Gran Melia, Kuningan, Jakarta Selatan. Debat kedua yang dibuat Komisi Pemilihan Umum ini dimoderatori pengajar Universitas Brawijaya Malang Ahmad Erani Yustika. Kali ini, Prabowo dan Jokowi tak didamping wakil masing-masing. ***