WASHINGTON - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah memerintahkan keluarga diplomat untuk meninggalkan Istanbul. Perintah itu dikeluarkan karena meningkatnya risiko terorisme berikut ancaman ekstrimis untuk menculik dan membunuh warga Barat dan AS.

"Departemen Luar Negeri membuat keputusan ini berdasarkan informasi keamanan yang menunjukkan upaya kelompok-kelompok ekstrimis begitu agresif untuk menyerang warga AS di wilayah Istanbul dimana mereka tinggal atau sering dikunjungi," begitu bunyi perintah yang dikeluarkan Departemen Luar Negeri AS."Pesan ini hanya berlaku untuk Konsulat Jenderal AS di Istanbul, bukan pos diplomatik AS di Turki," sambung bunyi perintah tersebut seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (30/10/2016).Washington juga mendesak warga AS untuk menghindari perjalanan ke Turki tenggara dan bersikap hati-hati dengan mempertimbangkan risiko bepergian ke seluruh Turki. Para diplomat terus memantau situasi keamanan terkait insiden terorisme belakangan ini di Ankara, Istanbul, Gaziantep dan seluruh wilayah tenggara di mana angkatan bersenjata Turki terlibat bentrokan dengan militan Partai Buruh Kurdistan (PKK).

Baca: Tiga Kapal Selam Rusia dalam Perjalanan Menuju SuriahDepartemen Luar Negeri AS juga mencatat bahwa organisasi teroris internasional dan lokal selama beberapa tahun terakhir telah menargetkan warga asing di acara-acara besar, lokasi wisata, atau restoran. "Ekstremis juga telah mengancam akan menculik dan membunuh orang Barat dan warga AS. Warga AS diingatkan untuk meninjau kembali rencana keamanan pribadi, memantau berita lokal untuk setiap peristiwa, dan tetap waspada setiap saat," kata Departemen Luar Negeri.Mengutip serangkaian serangan teroris di perbatasan dengan Suriah, warga AS didesak untuk menunda perjalanan, menunda perjalanan ke pusat-pusat kota dekat perbatasan Turki-Suriah. Selain itu, Washington juga mengingatkan warganya bahwa perbatasan Suriah dengan Turki ditutup, memberikan bimbingan untuk warga AS yang membutuhkan bantuan medis. 

Baca: Menlu Yaman: Bidik Makkah dengan Rudal, Houthi Picu Kemarahan Muslim