SELATPANJANG - Mewaspadai munculnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), Pemerintah Kecamatan Tebingtinggi Timur (Pemcam 3T) menggelar apel siaga di lapangan Gedung Serbaguna Desa Lukun, Sabtu (11/7/2020) pagi.

Apel siaga tersebut melibatkan puluhan orang yang terdiri dari aparatur dua desa yang bertetangga yakni Desa Lukun dan Batin Suir. Selain itu juga anggota masyarakat peduli api (MPA) dari kedua desa, tokoh masyarakat, serta diikuti personel Bhabintamtibmas Polres Kepulauan Meranti, Babinsa Koramil 02/Tebingtinggi dan personel BPBD Kepulauan Meranti.

Bertindak selaku pembina apel, Pelaksana Harian (Plh) Camat Tebingtinggi Timur, Rudi Hasan. Dalam pengarahannya Rudi menjelaskan apel siaga karhutla dilakukan sebagai langkah mewaspadai munculnya musibah kebakaran baik lahan hutan, perkebunan maupun pemukiman warga.

"Meski dua hari lalu kita menikmati guyuran hujan namun kita tetap harus waspada terhadap musibah karlahut. Soalnya, diprediksi kita segera memasuki musim panas," ungkap Rudi.

Menurutnya, pelaksanaan apel siaga di Desa Lukun dilakukan karena daerah tersebut rawan karhutla. Bahkan hampir setiap tahun terjadi dimana terakhir tahun 2019 luas lahan terbakar di desa tersebut mencapai seribuan hektare.

"Namun kita bersyukur tahun 2020 ini belum ada terjadi karhutla di desa ini dan itu harus kita pertahankan dengan memperkuat semangat kebersamaan, kerjasama atau sinergi, dan kerja keras," tegas dia.

GoRiau Plh Camat Tebingtinggi Timur,
Plh Camat Tebingtinggi Timur, Rudi Hasan saat menyampaikan sambutan.
Untuk mengantisipasi karhutla, Rudi meminta aparatur desa dan MPA mulai melakukan patroli rutin. Selain itu juga melakukan sosialisasi kepada warga khususnya warga yang bekerja membuka lahan perkebunan dan yang pekerjaannya bersentuhan dengan hutan seperti pencari madu lebah dan pemancing ikan air tawar.

"Arahkan agar warga yang membuka kebun juga membuat sumur atau parit pada jarak tertentu di lahannya sebagai salah satu sumber air," harap dia.

Keberadaan sumber air di Desa Lukun sangat penting karena lahan perkebunan dan hutan di kawasan tersebut tidak memiliki embung dan kanal. Berbeda dengan desa lainnya yang memiliki kanan-kanal yang dibangun untuk pengelolaan air tanaman sagu.

Selain apel siaga, juga dilakukan pengecekan peralatan pemadam api seperti mesin pompa air dan slang. Hasil pengecekan, beberapa peralatan perlu segera diperbaiki agar selalu siap untuk digunakan.(rls)