JAKARTA - Pengamat Politik Universitas Paramadina, Hedri Satrio mengatakan, penggunaan isu Orde Baru (Orba) di masa Pemilihan Umum (Pemilu) memang menarik bagi setiap partai politik. Kenapa?

"Semua Parpol menggunakan isu Orba Bro, sebab mimpi kala Orba tidak semuanya buruk," ujar Hedri kepada GoNews.co, Sabtu (02/03/2019) petang.

Romansa Orba, kata pria yang akrab disapa Hensat ini, menjadi menarik dalam upaya meraih simpati publik karena, "Kondisi ekonomi yang dicitrakan menyenangkan,".

Sekedar pengingat, Indonesia di masa Orba memang pernah menyajikan kue ekonomi yang manis. Gejolak ekonomi sebelum Orba, terjadi sejak 1950-an dan berujung pada hiperinflasi setinggi 635% pada 1966.

Karenanya, 1967-tahun awal pemerintahan Orba dengan mendiang Soeharto sebagai Presiden RI juga disebut sebagai tahun pemulihan ekonomi.

Setahun Orba berjalan-tepatnya 1968, inflasi turun menjadi 112 persen dan 21 persen pada tahun 1975 setelah melalui berbagai proses.

Tahun 1977, Indonesia berhasil masuk ke OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) karena surplus stok BBM yang besar; produksi sebanyak 1,68 juta barel perhari, sementara konsumsi hanya 300.000-an barel per hari.

Landasan kebijakan Politik, Ekonomi dan Sosial rezim Orba yang disebut Trilogi Pembangunan yang terdiri dari; Stabilitas Nasional yang dinamis, Pertumbuhan Ekonomi Tinggi dan Pemerataan Pembangunan serta hasil-hasilnya cukup menjadi kue manis bagi rakyat kala itu.

Tahun 1997, gelombang krisis ekonomi yang dimulai dari Thailand pun mulai menyapa Indonesia. Hingga pada Juni 1998, rupiah melemah di angka Rp16.650 per dollar AS. Padahal, rupiah sempat over valued di Luar Negeri pada tahun 1974 dan didevaluasi pada 1975 hingga menyentuh angka Rp625 per dollar US.

Sehingga, pantas jika Orde baru dijadikan dagangan politik karena kue manis ekonominya memang pernah dirasakan masyarakat Indonesia.

Sementara itu, Pengamat Politik EII, Iskandarsyah, tampak lebih memilih untuk mewaspadai isu Orba, "kepemimpinan yang otoriter, anti dikritik-alergi dikritik," dipandang Iskandarsyah sebagai momok yang mengerikan.

Ketika berbincang soal propaganda politik 2019 dengan GoNews.co, Senin (25/02/2019), Iskandarsyah mengatakan, isu sentral setelah isu agama yang akan sangat berdampak pada pemilih adalah isu ekonomi.

"Ya kesejahteraan," kata Iskandarsyah, kala itu.***