SIAK - Sebagian petani di kabupaten Siak, Riau mulai meninggalkan pupuk kimia dan beralih ke pupuk organik. Peluang ini dilirik Rojali (38) anggota dari kelompok peternak sapi di Kampung Merempan Hulu, Kecamatan Siak, Tanpa merasa jijik dengan kotoran sapi, ia meracik kotoran sapi itu menjadi pupuk organik yang menghasilkan rupiah.

Diceritakan Jali sapaan akrabnya, kotoran sapi itu dikumpulkannya setiap hari pada tempat yang tidak jauh dari kandang. Setelah kering, kotoran sapi tadi dimasukan ke dalam karung goni yang disimpan di dalam Kandang Kelompok Peternak Sapi Sejahtera.

"Kotoran sapi ini juga bisa jadi rupiah, makanya kita manfaatkan peluang ini. Karena saat ini pupuk organik mulai banyak dipakai petani di Siak. Dari kotoran sapi ini ada juga rejeki yang bisa kita rebut asal mau saja menekuninya," kata Jali saat di pondok beratapkan seng berukuran 2x1 meter yang biasa menjadi tempat berkumpulnya para peternak.

Dijelaskan Jali, usaha itu digelutinya sejak ada sapi peternak yakni tahun 2016. Pembelinya selalu ada sehingga tidak khawatir pupuk yang diraciknya tidak terjual. Tidak hanya dari Kecamatan Siak, dari Perawang atau Kecamatan Tualang juga tinggi permintaannya.

"Kadang malah tidak sanggup memenuhi permintaan konsumen. Sistemnya jual per karung dan ada sistem borong juga. Untuk harga yang kering Rp. 12 ribu per karung dan yang basah Rp. 200 /Kg. Sudah 4 tahun ini saya menggeluti usaha ini, saat masyarakat demam bunga sangat banyak permintaan pupuk organik. Penjualan terbesar itu bisa sampai 6 juta rupiah selama 3 bulan," katanya menceritakan.

Hasil penjualan tidak sepenuhnya murni untuk Jali. Mereka menerapkan sistem bagi hasil, dia menerima 60 persen jatah pembagian. 40 persennya lagi harus disetor ke kas kelompok.

Dia menambahkan, meski dihadang pandemi Covid-19, penghasilan dari menjual kotoran sapi tak mengalami dampak serius. "Karena orang butuh pupukkan. Pas musim bunga kemaren banyak juga yang beli per karung. Ya bersyukur, seperti tadi ada orang borong kotoran sapi basah Rp. 700 ribu," ucapnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Peternak Lembu Sejahtera, Mas Andi menjelaskan, para peternak bercita-cita memiliki sebuah produk pupuk organik merek sendiri berbahan baku kotoran sapi. Bekerjasama dengan sejumlah pihak, produk pupuk organik itu perlahan-lahan sudah mulai digarap.

Andi berkisah saat pertama kali dirinya mulai menggarap kotoran sapi untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah. Sejak awal, dia sudah memang berniat memiliki produk pupuk organik. "Yang mulai mengelola kotoran ini waktu cuma saya sama istri, niatnya produk pupuk memang sudah sejak awal. Saya mencoba bicara ke kawan-kawan, rupanya disambut positif," kata Andi.

Akan tetapi untuk membuat produk pupuk organik tersebut memang bukanlah mudah, banyak kendala yang saat ini dihadapi Kelompok Peternak Lembu sejahtera meski sudah menerima beberapa bantuan.

"Memang sudah ada bantuan dari beberapa pihak, seperti tempat penampung pupuk, mesin diesel dan alat pengolah kotoran sapi. Kendalanya saat ini, dari SDM nya dan juga biaya operasionalnya," sebutnya.

"Kalau mau bikin pupuk itu, meski bahan bakunya kotoran sapi tapi harus ada tambahan bahan lain, tentu harus dicari persediannya dulu. Dan itu kami kerjakan mandiri," katanya.

Meski dengan berbagai keterbatasan tersebut, Andi optimis cita-cita Kelompok Peternak Lembu Sejahtera memiliki produk pupuk organik itu akan terealisasi. "Walaupun 'merangkak' jalannya, kami optimis pembuatan produk pupuk organik ini bisa direalisasikan," tukas Andi. ***