PEKANBARU - Pengusaha meyakini pembatalan PPKM Level 3 saat liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 dapat mengerek pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, libur akhir tahun bisa menjadi momentum meningkatkan konsumsi rumah tangga. Hal ini akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2021 yang ditargetkan 5,5 persen hingga 6 persen.

"Tentu dengan pembatalan ini akan sangat mungkin target tersebut tercapai bahkan terbuka kemungkinan diatas target di kisaran 6,5 persen-7 persen mengingat Indeks Keyakinan Konsumen pada Oktober 2021 sudah kembali ke level optimis di angka 113,4," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang dalam keterangan resmi, Selasa (7/12).

Melihat hal itu, Sarman optimistis target pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini di kisaran 3,7 persen-4,5 persen berpeluang tercapai.

Menurut Sarman, pembatalan PPKM Level 3 dapat meningkatkan produktivitas ekonomi. Sebagai catatan, kebijakan itu awalnya akan diberlakukan pada 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022.

"Pembatalan ini akan mampu meningkatkan produktivitas perekonomian kita di akhir tahun di mana berbagai sektor usaha seperti pusat perbelanjaan/mall, hotel, restoran, kafe ,pusat hiburan dan wisata, transportasi, aneka UMKM punya kesempatan meningkatkan omzetnya untuk memperkuat arus kas di tengah ketidakpastian akibat pandemi covid 19," ujarnya.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Jakarta ini juga mengingatkan pelaku usaha untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat di tempat usaha masing-masing. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran varian covid-19 omicron.

"Kita harus berjuang bersama agar jangan sampai terjadi gelombang ketiga di tahun 2022 terlebih munculnya varian baru omicron," ujarnya.

Lebih lanjut, ia juga menilai keputusan pemerintah untuk membatalkan PPKM level 3 saat nataru dapat meningkatkan kepercayaan pelaku usaha terhadap ekonomi ke depan.

Sebagai informasi, pemerintah membatalkan penerapan PPKM Level 3 dengan sejumlah pertimbangan, di antaranya jumlah tes dan telusur.

"Indonesia saat ini lebih siap dalam menghadapi momen Nataru. Testing dan tracing tetap berada pada tingkat yang tinggi meski kasus rendah, dan lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," kata Luhut dalam keterangan tertulis di situs resmi Kemenko Marves, Senin (6/12). ***