PEKANBARU - Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau Triwulan I-2017 terhadap triwulan I-2016 hanya tumbuh 2,82 persen. Ini membuat Riau menjadi provinsi terendah ketiga di Indonesia. Yang mana, Riau tercatat hanya mampu mengungguli dua provinsi lainnya yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif yakni Nusa Tengara Barat -4,18 persen dan Kepulauan Riau 2,02 persen.

Kendati demikian, jika dibandingkan year on year, kondisi ini bisa dikatakan lebih membaik dibanding periode yang sama pada tahun 2016 yang hanya tumbuh sebesar 2,74 persen.

"Perekonomian ini diukur berdasarkan besaran PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga berlaku triwulan I-2017 yang mencapai Rp171,47 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp113,75 triliun," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Riau, Rahmad Rahim kepada GoRiau.com di Pekanbaru, Jumat (12/5/2017) pagi.

Sementara itu, lebih lanjut disambung oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Aden Gultom yang turut hadir dalam acara ekspose ini, bahwa dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha jasa perusahaan sebesar 9,56 persen.

Sedangkan, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang tumbuh 6,96 persen.

"Pertumbuhan ekonomi Riau triwulan I-2017 terhadap triwulan IV-2016 mengalami kontraksi sebesar 4,88 persen quarter to quarter," kata Aden Gultom.

Dari sisi produksi, lanjut Aden, kontraksi ini terutama disebabkan Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib yang terkonstraksi sebesar 9,71 persen.

"Sementara dari sisi pengeluaran terutama lebih disebabkan terkontraksinya komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yaitu minus 27,62 persen," pungkasnya. ***