JAKARTA - Pemerintah Provinsi Riau terus menunjukkan komitmennya untuk mendorong pariwisata sebagai sektor baru penggerak ekonomi daerah.

Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman menyatakan pemda memang mendorong sektor ekonomi baru untuk membantu mengurangi ketergantungan pada migas dan perkebunan. Andi Rachman juga mengakui, dua sektor andalan migas dan perkebunan mengalami pelemahan, karena itu sejak 2015 pihaknya sudah berkomitmen mengembangkan pariwisata dengan meluncurkan tagline "Riau The Homeland of Melayu".

Dukungan pemda kata dia tidak hanya dalam bentuk kampanye dan promosi pariwisata. Porsi anggaran juga terus ditingkatkan untuk mengembangkan objek dan meningkatkan kualitas infrastruktur penunjang.

Tahun ini hampir satu triliun rupiah sudah disiapkan pemda Riau, dengan alokasi anggaran yang tersebar di sejumlah satuan kerja dinas dan badan teknis.

"Harapan kami tentunya sektor wisata dapat terus berkembang dan perlahan mulai memberikan dampak ekonomi secara berantai mulai dari masyarakat, lingkungan dan akhirnya bagi pendapatan daerah," katanya.

Objek wisata andalan Riau yang diunggulkan daerah itu di antaranya yakni Istana Siak, Taman Nasional Tesso Nilo, Festival Bono, dan Festival Bakar Tongkang, Pacu Jalur, Tour de Siak, Candi Muara Takus, hingga wisata religi seperti Masjid Raya Annur dan Masjid Islamic Center Rokan Hulu.

Sementara itu untuk Pekanbaru sebagai ibu kota provinsi, daerah ini terus didorong menjadi pusat pariwisata belanja dengan dukungan puluhan pusat belanja mulai dari pusat oleh-oleh, pasar tradisional bersejarah, hingga toko modern. bahkan, dari data yang diperoleh GoNews.co dari Asosiasi pengusaha jasa pariwisata atau Association of The Indonesia Tour and Travel Agencies (Asita) Riau menunjukkan jumlah wisatawan ke Pekanbaru tumbuh 16%.

bahkan untuk Kota Pekanbaru, saat ini sudah ada belasan mal dan pusat belanja di Pekanbaru yang menawarkan berbagai macam kebutuhan seperti produk pakaian, elektronik, hingga kuliner khas dan oleh-oleh.

Upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Riau khususnya Dinas Pariwisata (Dispar) Riau untuk mengembangkan sektor Pariwisata ternyata juga membuahkan hasil yang signifikan.

Kepala Dinas Pariwisata Riau, Fahmizal Usman kepada GoNews.co mengungkapkan, bahwa sektor pariwisata Riau sejak 2015 hingga awal 2018 telah mengalami peningkatan, baik itu promosi, jumlah destinasi, iven dan bahkan jumlah kunjungan wisatawan dari luar negeri maupun domestik.

"Jumlah Wisatawan khususnya manca negara (Wisman) ke Provinsl Riau mengalami peningkatan yang sangat siginifikan semenjak tahun 2015. Hal ini disebabkan adanya event-event pariwisata besar seperti Festival Perang Air (Cian Cuy), Bakar Tongkang, Bono, Destinasi Candi Muara Takus, Istana Siak, Rayo Enam,'' ujar Fahmizal kepada GoNews.co, Kamis (1/2/2018).

Selain itu kata dia, kunjungan wisatawan juga meningkat dari sektor wisata Religi, yakni kunjungan ke Mesjid Raya An Nur dan Islamik Centre(MAMIC) Pasir Pengaraian) dan SportTourism.

"Pada Tahun 2017, berdasarkan jumlah kunjungan wisman dari 3 Pintu masuk Imigrasi yakni Bandara SSK II, Pelabuhan Dumai, Pelabuhan Bengkalis, tercatat sebenyak 61.014 wisman dan yang tercatat dari manifest kapal dari Batam, Tg Balai Karimun, Tg Pinang, Kuala Enok dan Kunjungan event di Bakar Tongkang, Cian Cuy 40.886 wisman. Total keseluruhan berjumlah 101,904 Wisman," paparnya.

Sementara itu, berdasarkan informasi yang dihimpun GoNews.co dari hasil survei PES (passenger Exit Survey) yang dilakukan Kemenpar dan BPS RI tahun 2016 pengeluaran rata rata wisatawan ke Riau sebesar 708,04 USD, sedangkan skala nasional sebesar1 183,43 USD.

Jika dikonversikan dengan rate 1 USD Rp.13.400, maka devisa yang dihasilkan dari Wisman di Riau selama 3,4 hari sebesar Rp.966,838,249,344. Sedangkan untuk Wisatawan Nusantara 6.534.683 Wisnus, mengunjungi iven-iven dan ODTW (objek daya Tarik wisatawan) dengan pengeluaran minimal @Rp 500.000 ntuk durasi 1-2 ODTW menghasilkan Rp3,267,341,500,000.00.

Dengan demikian, untuk sektor Pariwisata Riau pada tahun 2017 telah menyumbang devisa sebesar Rp 966 838 249 344,00, ditambah Rp 3.267.341.500.000,00, total Rp.4,234,179,749,344.00 (4,2 Trilyun Rupiah) hingga 1 Februari 2018.***