SINGAPURA, GORIAU.COM - ''Serangan'' media sosial tidak hanya menimpa media cetak kecil, tapi juga media cetak besar sekaliber 'The Straits Times'. Media yang beroplah 250.000-300.000 eksemplar per hari itu juga merasakan akibat dari maraknya media online.

''Pasti ada pengaruhnya. Agak stagnan sedikit,'' kata Zakir Hussain, Wakil Pemimpin Redaksi Bidang Politik 'The Straits Times' kepada sekitar 100 orang wartawan Indonesia yang mengikuti Hari Pers Nasional (HPN) 2015 dI Batam, Kepulauan Riau, ketika mengunjungi redaksi media tersebut di Singapura, Minggu (8/2/2015).

Selain mengunjungi redaksi 'The Straits Times', wartawan Indonesia juga diterima dan berdialog dengan Dubes RI di Singapura, Andri Hadi. Ada sekitar 250 orang wartawan Indonesia yang berkunjung ke negeri jiran itu, sebagian dibawa city tour.

Untuk mengantisipasi agar tidak ditinggalkan pembaca, kata Zakir, pihaknya juga membuat website, facebook dan twiiter. ''Jadi, para wartawan dan reporter wajib mengirim berita ke website atau online kita sebelum dimuat di korannya,'' kata Zakir yang lama bertugas di Jakarta ini. Kemudian berita tersebut disosialisasikan lagi melalui facebook dan twitter.

Menurutnya, saat ini ada 468.000 follower di twiitter dan 200.000 like di facebook. Sebagian besar pembaca 'The Straits Times' adalah para profesional, diploma dan sarjana. ''Pembaca kita masyarakat umum, namun lebih banyak profesional, diploma dan sarjana,'' ujarnya.

'The Straits Times' termasuk koran terbesar di Singapura berada dibawah payung Tumasek, semacam BUMN Singapura. Koran berbahasa Inggris ini didirikan pada tahun 1845 yang berarti tahun ini berusia 170 tahun. Sedangkan koran berbahasa Melayu adalah Berita Harian. Selain itu ada juga koran berbahasa Cina dibawah Tumasek.

Menurut Zakir, korannya terbit minimal 54 halaman dan pada hari Jumat dan Sabtu 200 halaman. Pernah pada hari-hari tertentu sampai 400 halaman. Sebab, di weekend tersebut banyak iklan. Iklannya rata-rata 20 persen. Misalnya, dari 70 halaman pada Seniin, 15 halaman diantaranya iklan. Tapi pada hari Minggu justru oplah dan iklan sedikit.

Karena koran ini milik pemerintah, beritanya nyaris tidak ada yang 'keras' atau menyerang. ''Headlinenya biasa-biasa saja,'' kata Zakir. Namun demikian ada juga dapat peringatan lisan dari pemerintah bila beritanya agak tajam atau menyimpang. ''Ancaman bredel tak ada, peringatan lisan pasti ada,'' ujarnya. (fjw)