PARISMAN IHWAN, anggota DPRD Riau Dapil Kota Pekanbaru ini mengungkapkan kisah hidupnya kepada sejumlah masyarakat Kota Pekanbaru dalam acara reses dan silaturrahmi di sejumlah titik di Kota Pekanbaru, Riau.

Dalam kesempatan itu, pria yang biasa disapa Iwan Fatah ini menceritakan sedikit tentang latar belakang hidupnya di Pekanbaru, sebab titik resesnya kali ini bukan basis suaranya di Pileg 2019 lalu.

"Saya paham status saya adalah DPRD Riau dapil Pekanbaru, jadi saya adalah wakil rakyat seluruh masyarakat Riau secara umum dan Pekanbaru khususnya. Makanya, saya wajib menyerap aspirasi semua  masyarakat riau khusus nya warga Pekanbaru," kata Iwan, Senin (6/7/2020) di Kelurahan Sialang Sakti, Tenayan Raya.

Karena baru pertama kali di Sialang Sakti, Iwan bercerita tentang kehidupannya kecilnya yang bukan berasal dari kalangan orang kaya, bahkan ia pernah merasakan hidup susah di masa kecilnya.

Sejak usia 6 tahun, lanjut Iwan, ia sudah menjalani hidup yang sulit dimana ia harus kehilangan ayah dan meninggalkan 6 orang anak yang kecil-kecil. Iwan sendiri merupakan anak keempat dari enam saudara.

Sementara ibunya hanyalah seorang pedagang kain dari rumah ke rumah, tidak memiliki kios apalagi toko kain. Kalau dalam istilah bahasa Minang-nya "bajojo".

GoRiau

Sedangkan almarhum ayahnya juga tidak meninggalkan aset yang bisa menjadi tempat bergantung hidup, sebab almarhum ayahnya hanya bekerja sebagai sopir bus.

Hidup bertujuh dalam rumah dekat lingkungan pasar, membuat Iwan berubah menjadi seorang petarung, karena itulah sampai hari ini ia tidak pernah pasrah dalam keadaan dan terus bertarung dalam hal apapun.

Menjadi seorang anak yatim, Iwan sampai hari ini masih ingat kisahnya yang harus berlari-larian menuju masjid, saat itu menerima jatah zakat fitrah untuk anak yatim di saat hari raya Idul Fitri. Ini momen yang paling ia tunggu.

Namun, Politisi Golkar ini tidak ingin pasrah dengan keadaan, sehingga ia memperluas jaringan pertemanan hingga bisa bergaul bersama anak-anak pejabat dan anak- pengusaha yang tinggal di Pekanbaru.

Alasan lain ia memperluas jaringan pertemanan adalah kurangnya perhatian dari ibunya, mengingat ibunya sibuk mencari uang untuk menghidupi keluarga, Iwan dan saudaranya harus hidup mandiri di rumah.

GoRiau

"Jangankan motor, pentil ban motor aja saya tidak punya, Tapi saya tiap Minggu bisa bolak balik Sumbar pakai motor teman-temannya saat itu, walau terkadang saya larikan juga motor teman," ceritanya disambut gelak tawa hadirin.

Kesehariannya yang kerap menggunakan motor, membuat ia dipandang sinis oleh tetangganya di Jalan Cik Ditiro. Iwan bahkan disebut sebagai anak "tidak tahu di untung" karena tidak sadar kondisi kelurganya yang miskin.

Pandangan-pandangan sinis ini membuat Iwan semakin termotivasi menjadi orang kaya, sehingga ia terus belajar banyak hal dan berteman dengan siapa saja tanpa pandang bulu.

"Berkat do'a orang tua dan silahturrahmi yang baik, saya bisa bertarung dalam kehidupan ini. Saya lahir dan tinggal di Pekanbaru, tapi saya bisa bertahan hidup di Padang dan Jakarta," tuturnya.

Berhasil menjabat Ketua Umum Gapensi

Iwan sendiri kembali ke Pekanbaru pada tahun 2005 dan mencoba belajar menjadi seorang pengusaha kontruksi. Usahanya ini akhirnya diridhai Allah, walaupun di awal-awal karirnya sebagai pengusaha hanya mendapat nilai kontrak nilai Rp150 juta dari Dinas PU Kota Pekanbaru.

Saat itu, Iwan membuka perusahaan dengan nama CV Shapa Abadi pada tahun 2005. Saat itu juga, Iwan bisa masuk sebagai anggota Gabungan Pengusaha Kontruksi (Gapensi) Riau meski baru membuka usaha 6 bulan.

Pada awal-awal masuk Gapensi, meski masih anak bawang, Iwan langsung dirangkul dan diajak menjadi Pengurus Gapensi. Meskipun hanya diberi jabatan struktur paling bawah.

Lima tahun kemudian, seusai dengan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), Gapensi menggelar Musda di Kota Dumai. Saat itu, Iwan berhasil menembus orang nomor dua, yakni jabatan Sekretaris Umum.

GoRiau

Berhasil mengurus Gapensi dengan baik selama lima tahun, tahun 2016 Gapensi kembali menggelar Musda. Iwan sadar diri, ia masih orang baru di Gapensi sehingga ia tak berharap banyak dalam Musda kali ini.

Namun, ternyata dalam Musda tersebut posisinya terancam. Dari sanalah muncul niatnya untuk kembali bertarung, kali ini ia bertarung memperebutkan jabatan Ketua Umum Gapensi Riau 2016-2021.

"Seperti yang saya bilang, saya ini petarung. Kalah menang bukan urusan yang penting bertarung sampai titik darah penghabisan. Saya all out hingga akhirnya menang dan masih menjabat sampai hari ini," ceritanya.

Didaftarkan Caleg DPRD Riau

Mental petarung Iwan akhirnya nampak oleh Gubernur Riau yang juga Ketua DPD I Golkar Riau, Arsyadjuliandi Rachman. Kala itu ia diminta maju sebagai Caleg nomor terakhir yaitu 7.

Meski harus menghadapi nama-nama besar dan pertarungan Caleg Dapil Pekanbaru, Iwan yang menggunakan branding "petarung" akhirnya berhasil keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara mencapai 12.000an.

"Banyak yang minta saya jangan maju karena lawannya berat dan akan seperti membuang garam ke lau. Tapi saya belum puas kalau belum mencoba. Hasilnya, saya bisa berdiri di depan bapak ibu semua hari ini," ujarnya.

Mendirikan Panti Asuhan

Meski sudah diberi kehidupan yang jauh lebih layak, Iwan memberi perhatian lebih kepada anak-anak yatim, hingga akhirnya ia mampu mendirikan sebuah yayasan panti asuhan dan menerima anak yatim dan anak-anak fakir miskin. Dalam Panti Asuhan ini, ia memberikan fasilitas hidup dan juga disekolahkan.

Alasan ia mendirikan Panti Asuhan adalah karena ia tak ingin anak-anak yatim harus menghadapi hidup sulit seperti yang ia alami di masa kecil dulu.

"Jadi bagi ibu-ibu dan bapak-bapak yang punya anak yatim piatu dan fakir miakin di lingkungannya, silahkan daftarkan di panti asuhan dibawah kepengurusan saya, tempatnya di jalan Parit Indah," ulasnya.

Alasan Dibalik Nama Iwan Fatah

Dalam kesempatan itu, Iwan juga mengungkap kisah dibalik nama "Fatah" yang menempel di namanya hingga lebih banyak dikenal dengan nama Iwan Fatah ketimbang Parisman Ihwan.

Diceritakan pria yang lahir tahun 1967 ini, ia dulu lebih sering mengendarai motor ketimbang jalan kaki, padahal di tahun 1980 motor hanya bisa dimiliki oleh orang-orang kaya saja.

Motor ini merupakan hasil pinjaman dari kawan-kawannya berasal keluarga kaya raya.

Saat itu, jelas Iwan, dia sering meminjam motor temannya untuk ugal-ugalan di Jalan Diponegoro. Pernah satu kali ia mengalami kejadian naas, ia kecelakaan hingga mengalami patah tangan sebelah kiri.

Kondisi patah tangan tidak menghentikan jiwa muda Iwan sebagai pembalap jalanan di Diponegoro, ia tetap memaksakan diri membawa motornya meski hanya mengandalkan tangan kanan saja karena tangan kiri nya di pasang gibs.

"Dengan kondisi satu tangan patah, saya tetap balapan di Jalan Diponegoro akhirnya jatuh lagi. Patah tangan saya dua-duanya, sejak itu saya dipanggil Iwan Patah. Belakangan dikenal jadi Iwan Fatah," jelasnya. ***