PEKANBARU - Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar resmi melantik tiga pasang Kepala Daerah di Riau, diantaranya Pasangan Paisal - Amris untuk Kota Dumai, Kasmarni - Bagus Santos untuk Kabupaten Bengkalis, dan Muhammad Adil - Asmar untuk Kepulauan Meranti.

Dari tiga pasang tersebut, H Asmar adalah satu-satunya pensiunan polisi yang dilantik hari ini, Jumat (26/2/2021). Namun, siapa sangka ternyata sosok polisi berpostur tubuh pendek ini memiliki kisah unik dibalik kesuksesannya memenangkan Pilkada Kepulauan Meranti.

Kepada GoRiau.com, Asmar bercerita keinginannya maju di Pilkada Kepulauan Meranti merupakan do'anya yang diijabah oleh Allah SWT beberapa tahun yang lalu. Dimana, pada tahun 2015 lalu dia sempat melaksanakan ibadah Haji di Tanah Suci dan berdoa supaya karirnya tak habis sebatas menjadi personel kepolisian saja.

Diakui Asmar, selama menjadi polisi ia tidak pernah bertugas di Kepulauan Meranti, karena ia memiliki banyak sanak saudara di kabupaten termuda se-Provinsi Riau tersebut.

"Ada yang nanya kenapa saya baru balik ke Meranti sekarang? Saya jawab ini kehendak Allah. Dua kali saya berdoa di depan pintu Kakbah, kalau umur saya panjang, jangan habiskan karir saya sebagai polisi, jadikan saya bupati atau wakil bupati. Tapi saya tak sebut dimana kabupatennya," ujar Asmar yang terakhir menjabat sebagai Kapolsek Bagan Sinembah, Kamis (13/8/2020).

Do'a tersebut dikabulkan oleh Allah SWT pada tahun 2019, dimana ia diajak oleh salah seorang rekannya untuk maju sebagai calon di Pilkada Kepulauan Meranti.

"Ada orang yang ngajak saya maju Pilkada, saya bilang kalau bulan 6 ini saya akan pensiun. Dari sana saya langsung ingat doa kemarin di Kakbah itu," tuturnya.

Sejak itulah, Asmar mulai menjalin komunikasi politik dengan semua tokoh yang ada di Kepulauan Meranti disamping juga mencari dukungan dari partai politik, mengingat ia bukan kader Parpol.

Berbulan-bulan ia menjalin komunikasi politik, sampailah akhirnya ia dijumpakan dengan Muhammad Adil dan berkomitmen untuk maju bersama karena memiliki banyak persamaan. Mulai dari segi pemikiran hingga sikap yang sama-sama tegas.

"Haji Adil akhirnya menjadikan saya nomor dua, dia langsung nelpon kyai-kyainya dan semua kyai itu setuju semua," tegasnya.

Beberapa bulan bersama Adil, Asmar merasa sudah sangat dekat dengan Adil. Bahkan, ia menyebut selama menjalin komunikasi politik dengan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) kerap tidur sekamar dengan Adil.

"Saking akrabnya kami, bahkan kemana-mana kami selalu bersama. Tidur satu kamar, dan apa yang Haji Adil makan itu yang saya makan," pungkasnya.

Awal Mula Menjadi Polisi

Asmar sempat bercerita tentang awal mula ia menjadi personel Polri. Menjadi Polisi sebenarnya merupakan cita-cita ia sejak kecil, apalagi Abang iparnya bekerja sebagai polisi.

Pria yang pernah menjadi Kapolsek di 9 tempat ini mengatakan dulunya ia senang menyemir sepatu polisi yang mengkilap, ditambah pakaian polisi yang sangat rapi. Dari sanalah muncul keinginannya menjadi polisi.

Alumni Bintara 1986 dan Pendidikan Calon Perwira (Capa) 1999 ini menyebut dirinya bukan berasal dari kalangan elite. Bahkan, ia tinggal jauh di pelosok Kepulauan Meranti.

"Rumah saya itu di tengah kebun karet, semua tanah kami tanami karet, dibuatlah space untuk mendirikan pondok. Di sanalah kami tiga beradik tinggal bersama orang tua. Tidak ada aliran listrik, apalagi sinyal handphone," ujarnya.

"Di kampung itu sangat terisolir, bahkan untuk ke sekolah SD saya harus menempuh jalan kaki 1 jam," tambahnya.

Seusai menamatkan Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Asmar bertekad untuk merantau ke Tanjung Balai Karimun. Disana, ia bekerja sebagai pengantar kue sekaligus menjual bensin ketengan di rumah kakaknya.

Setahun merantau, Asmar dikirimi surat oleh abang iparnya bahwa ada penerimaan Bintara di Pekanbaru. Tanpa ada keraguan ia langsung mendaftarkan diri dan pindah ke Pekanbaru.

Setelah tamat dari Bintara, Asmar pernah ditugaskan di Indragiri Hilir, tepatnya tahun 1986. Di tahun itu, ia ditugaskan di wilayah yang angka kriminalitasnya sangat tinggi.

"Saya ditugaskan di tempat yang cukup 'seram'. Bapak dan ibu saya sedih saya dapat tugas disana. Disana itu, tikam menikam adalah hal yang biasa. Alhamdulillah tugas disana bisa saya kerjakan dengan baik," ceritanya.

13 tahun mengabdi sebagai Bintara, Asmar kemudian mencoba peruntungan di Calon Perwira (Capa) pada tahun 1999. Dan akhirnya bisa menjadi Perwira hingga menjadi Kapolsek di 9 tempat.

Makna dari Nama Asmar

Asmar sempat berseloroh terkait namanya yang mirip nama orang Jawa. Padahal, dirinya tidak memiliki darah Jawa. Diceritakan Asmar, hal tersebut pernah ia tanyakan pada orang tuanya, dan orang tuanya menyebut nama tersebut merupakan nama seorang ustadz yang sempat berdakwah di kampungnya.

"Jadi, orang tua saya itu berharap saya bisa jadi ustadz juga, ternyata takdir membawa saya menjadi anggota polisi," ulasnya.

Namun, hari ini ia menyadari bahwa namanya itu memiliki akronim yang cocok dengan keinginannya untuk maju di Pilkada.

"Asmar itu bisa diartikan Aku Siap Mengemban Amanah Rakyat, jadi belakangan saya baru menyadari itu," tutupnya. ***