SELATPANJANG - Abrasi yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau sangat miris, salah satunya wilayah yang berada di Desa Mekong, Kecamatan Tebingtinggi Barat. 5 unit rumah di wilayah setempat terancam akan tenggelam.

Hal ini membuat Bupati Kepulauan Meranti, Haji Muhammad Adil SH mengambil tindakan cepat untuk menangani masalah abrasi dengan idenya yang menggunakan batang kelapa sebagai penahan ombak dan sampah sebagai timbunan di lokasi abrasi.

Gerak cepat yang dilakukan Bupati Adil mempunyai alasan tertentu, menurutnya jika harus menunggu bantuan penanganan dari pemerintah pusat sangat lama, sementara kondisi ini harus terselamatkan.

Tidak menunggu lama, Bupati Adil pun langsung merealisasikan idenya itu dengan menimbun sampah organik dan anorganik rumah tangga yang dibawa dari TPA Gogok ataupun langsung dari Selatpanjang untuk ditimbun di bekas abrasi di desa tersebut.

Demikian diungkapkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kepulauan Meranti, Drs H Irmansyah didampingi Sekretarisnya, Husni Mubarak, saat berbincang-bincang dengan GoRiau.com, Sabtu (11/9/2021) sore.

Kemudian, lanjutnya, hal ini dilakukan oleh bupati tentunya atas kondisi lapangan dan usulan masyarakat setempat, dan saat itu sempat dibahas dalam rapat tingkat OPD terkait, seperti Dinas PUPR, DLH dan termasuk Dinas Perkebunan untuk membicarakan solusinya. Kemudian dari DLH mengusulkan bagaimana kalau sampah (bukan limbah B3) yang dimanfaatkan untuk mengatasi abrasi.

"Kenapa sampah? karena bahan yang mudah, murah, dan gratis sekaligus solusi mengurangi sampah di TPA Gogok dengan catatan tidak ada limbah B3. Jadi ini deskresi dan inovasi dari dinas lingkungan hidup untuk mengatasi abrasi dengan penimbunan sampah," jelasnya.

Untuk tahap awal pihaknya akan melakukan penimbunan sepanjang 200 meter (100 meter kiri dan 100 meter kanan) dengan target 600 ton sampah yang akan ditimbun.

"Progresnya sekitar 70 persen. Dengan adanya penimbunan abrasi dengan menggunakan sampah tentu sampah yang ditimbun di TPA Gogok juga akan otomatis berkurang, karena kalau satu lori muatan 2 ton untuk 300 lori sudah 600 ton sampah yang berkurang," ujarnya.

Dikatakan Irmansyah, kebijakan terkait hal ini merupakan sebuah inovasi yang nantinya akan menjadi pilot projects yang menyelesaikan dua masalah sekaligus.

"Ini namanya inovasi daerah terhadap dua masalah yang sangat urgen yakni masalah sampah yang menggunung dan masalah abrasi. Jika ini berhasil, maka ini akan kita coba pula di tempat lain yang kondisi abrasinya juga cukup parah. Sebenarnya ini juga spontanitas, dimana waktu kunjungannya bupati melihat ada lima rumah hampir di daerah itu hampir tenggelam," jelasnya lagi.

Dibeberkan Irmansyah, untuk melihat efektivitas dari inovasi tersebut maka pihaknya akan melihat bulan 12, dimana akan ada gelombang dan ombak besar yang akan menggempur daerah itu dan ini sekaligus akan jadi ujicoba ketahanan turap batang kelapa dan timbunan sampah tersebut.

"Kita lihat efektivitasnya pada bulan 12 nanti dan kita juga harus ekstra menjaganya dari gempuran ombak dan di depan batang kelapa itu nantinya juga akan kita susun batu," bebernya.

Untuk operasional terhadap penimbunan sampah tersebut, diakui Irmansyah tidak ada biaya yang keluar. Dijelaskan untuk minyak diambil dari biaya rutin Dinas Lingkungan Hidup, operator dibayarkan langsung oleh bupati dan untuk batang kelapa merupakan sumbangan dari mantan kepala Desa Mekong, Daman.

"Tidak ada uang yang keluar dalam pekerjaan ini karena ini bukan proyek. Untuk minyak truk dan ekskavator kita ambil dari biaya rutin dinas, yang biasanya 10 liter perhari kita lebihkan jadi 15 liter, dan ini sudah berjalan minggu ketiga. Untuk operator alat berat dibayarkan langsung oleh pak bupati," pungkasnya.***