BOGOR - Kapolresta Bogor Kota Kombes Bismo Teguh Prakoso menerima pesan yang melaporkan adanya penculikan pada Kamis (2/2/2023). Setelah diselidiki, informasi tersebut ternyata hoaks.

Belakangan terungkap terungkap, ternyata yang mengirim pesan hoaks ko nomor pribadi Kombes Bismo tersebut adalah murid kelas IV sekolah dasar (SD).

Dikutip dari Liputan6.com, dalam pesan yang disampaikan ke Kapolresta Bogor melalui WhatsApp tersebut, pengirim menginformasikan adanya penculikan seraya melampirkan foto-foto korbannya. Dari sembilan foto, dua di antaranya yang diberi tanda panah warna hijau diakui pengirim pesan sebagai temannya.

"Polresta Bogor Kota memang punya saluran pengaduan yang dishare langsung ke nomor pribadi saya. Lalu kami dapat informasi telah terjadi penculikan anak dengan mencantumkan foto," ungkap Kombes Bismo, Kamis (2/2/2023).

"Pak polisi di tempatku ada penculikan anak," katanya, menirukan bunyi pesan tersebut.

"Itu pak yang sudah aku tandai. Teman aku diculik pak," tulis anak itu, seperti disampaikan Bismo.

Bismo lantas merespons cepat informasi tersebut dan meminta Kasat Reskrim Polresta Bogor Kompol Rizka Fadila untuk menyelidikinya. Tak butuh waktu lama, diketahui ternyata informasi penculikan tersebut adalah hoaks dan foto-foto yang dikirim pun kejadian yang sudah lama.

"Dari situ kami melakukan penyelidikan dan menemukan alamat rumah si pengirim pesan tersebut," kata dia.

Tim Serse

Tim Serse Polresta Bogor pun dibuat terkejut setelah mengetahui bahwa pemilik nomor telpon tersebut ternyata bocah kelas 4 SD.

"Kami menemukan seseorang yang sehari-hari menggunakan nomor tersebut. Ternyata masih anak-anak, masih kelas 4 SD," ujarnya.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Bogor Kompol Rizka Fadila, mengatakan, orangtua si pengirim pesan membenarkan jika nomor telpon tersebut milik anaknya.

"Jadi motifnya dia hanya share karena dia dapat share dari grup sekolah. Langsung dishare ke Polresta," kata Rizka.

Atas kejadian tersebut, pihak kepolisian langsung mendatangi sekolah tempat anak itu menimba ilmu dan memberikan informasi terkait kasus penculikan yang telah disebar itu adalah hoaks alias bohong.

"Kita pastikan ke lingkungan setempat dan sekolah bahwa tidak ada kejadian penculikan. Kami juga berikan mereka pemahaman," ujarnya.

Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk hati-hati menyebarkan informasi yang belum dipastikan kebenarannya, karena dapat menimbulkan keresahan di masyarakat. Begitu juga kepada orangtua agar selalu mengawasi dan memperhatikan anaknya yang memiliki gawai.

"Hal ini menjadi tanggung jawab orangtua untuk menjaga dan mengawasi anak-anaknya agar tidak ikut termakan hoaks," sambungnya.***