PEKANBARU - Kota Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau pada November 2018, mengalami inflasi tertinggi dari dua kota IHK lainnya. Di mana, ketiga kota IHK di Riau ini sebenarnya sama-sama mengalami inflasi, yakni Pekanbaru sebesar 0,42 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 136,29, dan Dumai sebesar 0,70 persen dengan IHK 136,00, dan Tembilahan sebesar 0,80 persen dengan IHK 138,04.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Aden Gultom mengatakan, pada bulan November 2018, 17 kota di Sumatera mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Banda Aceh sebesar 0,92 persen, diikuti oleh Bukittinggi sebesar 0,83 persen, dan Tembilahan sebesar 0,80 persen. Sedangkan, inflasi terendahnya terjadi di Kota Meulaboh sebesar 0,08 persen.

"Inflasi Tembilahan mencapai 0,80 persen, ini tertinggi di Riau. Bahkan, urutan ketiga di Pulau Sumatera dan berada di posisi kesepuluh di Indonesia. Salah satu pemicunya karena harga kelapa di sana murah sekali, tinggal Rp600 sampai Rp700. Sehingga masyarakat tidak bisa berbelanja," kata Aden Gultom di Pekanbaru, Senin (3/12/2018).

Ia menjelaskan, andil inflasi di Tembilahan disumbang oleh enam kelompok pengeluaran, yakni kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,69 persen, diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dengan andil sebesar 0,09 persen.

Serta kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dengan andil masing-masing sebesar 0,01 persen.

"Sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberikan sumbangan deflasi, dengan andil sebesar -0,004 persen," imbuhnya.

Adapun komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di Tembilahan antara lain: udang basah dengan andil sebesar 0,49 persen, bawang merah dengan andil sebesar 0,09 persen, daging ayam ras dan besi beton dengan andil masing-masing sebesar 0,04 persen, kacang panjang, kembang kol, dan paku dengan andil masing-masing sebesar 0,03 persen, beras, kol putih/kubis, buncis, bawang putih, dan kentang dengan andil masing-masing sebesar 0,02 persen, dan sebagainya. ***