JAKARTA - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan, gempa Mentawai berkekuatan magnitudo 7,3 dengan parameter update magnitudo 6,9 pada Selasa (25/4/2023) dini hari, berpusat di zona megathrust segmen Mentawai-Siberut.

Sambung Daryono, pusat gempa yang berlokasi di laut pada jarak 177 km barat laut Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, di kedalaman 23 km itu termasuk jenis gempa dangkal yang disebabkan adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," ujar Daryono, Selasa (25/4/2023), seperti dikutip dari Kompas.com.

Daryono menjelaskan, energi gempa di wilayah Sumatera, berada di wilayah Segmen Mentawai-Siberut dan selama ini belum pernah muncul. Menurut Daryono, ada beberapa rangkaian gempa di zona megathrust Sumatera yang pernah terjadi. Pada tahun 2000, gempa Lampung-Bengkulu telah mengguncang Sumatera dengan kekuatan magnitudo 7,9. Sedangkan gempa besar di Aceh pada tahun 2004 telah mengguncang Sumatera dan wilayah Samudra Hindia dengan kekuatan magnitudo 9,1. Sejarah gempa Aceh mencatat, gempa bumi di zona megathrust tersebut juga menyebabkan tsunami dahsyat dan merenggut ribuan nyawa.

Gempa di zona megathrust Sumatera lainnya juga tercatat pernah terjadi di Nias pada tahun 1994 berkekuatan magnitudo 8,5 dan gempa Bengkulu tahun 2007 berkekuatan magnitudo 8,7.

"Hanya satu-satunya di Mentawai-Siberut yang belum release (terjadi). Jadi gempa yang terjadi hari ini (25 April 2023), merupakan bagian dari rangkaian gempa zona megathrust di segmen Mentawai-Siberut," jelas Daryono.

Daryono melanjutkan, gempa Mentawai hari ini, patut disyukuri. Sebab, meski berkekuatan magnitudo 6,9, gempa yang terjadi telah mengurangi sedikit banyak konsentrasi energi gempa bumi di zona megathrust Sumatera tersebut.

Daryono mengungkapkan, para ahli telah memperkirakan bahwa potensi kekuatan gempa di zona megathrust segmen Mentawai-Siberut ini dapat mencapai magnitudo 8,9.

"Dengan adanya energi yang release magnitudo 6,9 tentu dapat mengurangi potensi energi yang tersimpan di zona ini sebesar magnitudo 8,9," ungkap Daryono.

Rangkaian gempa bumi di zona megathrust ini telah terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Daryono mengatakan rangkaian gempa tersebut rata-rata berkekuatan magnitudo 6. Di antaranya terjadi sejak tahun 2016, 2018 dan 2019.

"Harapannya, gempa-gempa signifikan terjadi, tetapi tidak destruktif (merusak) dan tidak menimbulkan tsunami, sehingga dapat mengurangi sedikit banyak energi yang terkonsentrasi di zona ini," imbuh Daryono.***