PEKANBARU - Kota Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau, banyak memiliki bangunan gapura. Bangunan yang terletak di persimpangan jalan ini berfungsi sebagai gerbang, yang ditata mewakili ekspresi budaya. Sayangnya, gapura sebagai ikon Pekanbaru banyak yang rusak.

Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Pekanbaru, Datuk Yose Saputra menyoroti gapura yang menyimbolkan akulturasi budaya melayu kota bertuah. Semestinya Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru merawat bangunan gapura yang menjadi bagian pencitraan keindahan Kota Pekanbaru.

"Kita (LAM Pekanbaru, red) mengingatkan Pemko Pekanbaru tidak melupakan budaya melayu pada bangunan gapura. Dengan harapan arsitektur gapura bisa mengikat tujuan masa depan sebuah kota yang diidentifikasikan melalui gambaran simbolik, khususnya pada ornamen yang ada di gapura," kata Datuk Yose kepada GoRiau.com, Minggu (8/3/2020).

Bangunan gapura, dikatakan Datuk Yose, sebagai simbol atau ciri khas dari segi bangunan yang sudah ada. Apalagi, setiap gapura memiliki nama yang berbeda sesuai dengan wilayah dibangunnya.

"Bangunan gapura dibangun sejak kepemimpinan Walikota Faruk Alwi hingga Herman Abdullah. Namun, sejak kepemimpinan walikota sekarang ini tidak lagi diperhatikan. Terkesan seakan-akan saat ini ikon yang sudah dibangun pemimpin terdahulu tidak nampak lagi," ungkap Datuk Yose.

Ditambahkan Datuk Yose, Pemko Pekanbaru pun harus mengawasi pembangunan perkantoran dari IMB. Sebab setiap bangunan perkantoran harus ada arsitektur melayu yang diperkuat perda dan perwako.

"Dalam IMB, tertuang bernuansa melayu untuk diterapkan kembali dan tidak melupakan sejarah. Ada pribahasa melayu, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung," jelas Datuk Yose. ***