JAKARTA, GORIAU.COM - Kondisi PSPS Pekanbaru kian mengkhawatirkan. Pasalnya, sejumlah pemain baik lokal maupun asing mulai meninggalkan klub berjuluk Askar Bertuah tersebut. Hal itu, menyusul gaji pemain yang tertunggak selama berbulan-bulan belum dilunasi oleh manajemen klub.

Pelatih PSPS, Mundari Karya mengaku khawatir dengan kondisi timnya saat ini. Apalagi, mereka akan melakoni laga kandang kontra Persidafon Dofonsoro di Stadion Tuanku Tambusai, Bangkinang, Kampar, Minggu (7/4/2013).

''Pemain sudah pada pulang ke rumah masing-masing sejak dua minggu lalu. Kita juga sudah tidak latihan,'' kata Mundari saat dihubungi Jaringnews.com via telepon selulernya, Kamis (4/4/2014) sore. 

''Sebenarnya (PSPS) itu sudah tidak ada timnya. Pemain utamanya sudah pulang setelah melawan (Persela) Lamongan dan para pemain asingnya sekarang sudah pada di Jakarta,'' sambungnya.

Dengan kondisi seperti ini, Mundari pun belum mengetahui apakah PSPS bisa bertanding melawan Persidafon atau tidak. Sebab, pemain yang tersisa saat ini hanya tujuh orang dan itu pun pemain junior.

''Bertanding mungkin saja bisa dengan pemain-pemain junior itu. Tapi, mereka di daftarkan tidak? Tidak cukuplah untuk bermain kalau cuma tujuh orang. Kalau kemarin saat ke Papua masih ada pemain asing, tapi sekarang mereka sudah di Jakarta semua,'' ungkapnya.

Lebih lanjut, Mundari mengungkapkan, gaji para pemain yang belum dibayarkan oleh klub mencapai 10 bulan. Sementara, pemain baru belum menerima bayaran sejak kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim ini berjalan.

Selain itu, menurut Mundari belum dilunasinya gaji para pemain tidak lepas dari adanya dualisme kepengurusan yang terjadi di tubuh PSPS. Tapi, dia enggan membeberkan lebih lanjut terkait permasalahan tersebut.

''Jadi anak-anak ini memberikan pelajaran. Pemain sekarang ini adalah pemain yang juga bermain di musim lalu. Manajer sendiri setelah melawan Persela mengatakan jika tidak ada pembayaran gaji, maka ngga usah main. Selama janji-janji mereka tidak dipenuhi, maka anak-anak tidak akan main,'' ujarnya.

Untuk itu, pelatih 56 tahun ini berharap PT Liga Indonesia selaku operator kompetisi ISL dapat segera bertindak. Dia pun berharap PT Liga dapat melakukan verifikasi ke setiap klub dan melakukan penyaringan, siapa saja yang layak mengikuti kompetisi.

''Jangan klub yang tidak layak masih diikutkan kompetisi kan tidak bagus. Kita berharap kedepanya liga ini berjalan bagus, bukan hanya jalan saja. Itu tugas BLI,'' tegasnya. (jrn)