PEKANBARU, GORIAU.COM - Konsep ekowisata adalah konsep bisnis pariwisata yang peduli dengan budaya dan alam yang berbasis masyarakat. Penyadartahuan budaya dan alam perlu diberikan kepada masyarakat kawasan ekowisata.

Demikian dikatakan Eksekutif Direktur Indecon, Ary S Suhandi menanggapi rencana pengembangan ekowisata Bukit Rimbang Baling, Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Indecon sebagai lembaga jaringan wisata Indonesia menilai, tren pariwisata saat ini tidak hanya sekedar menawarkan keindahan alam, tetapi wisata yang interaktif dan kreatif. "Wisatawan dibawa untuk ikut terlibat dalam aktivitas masyarakat tempatan. Kalau masyarakat desa yang ada di Rimbang Baling memiliki agenda panen ikan di Lubuk Larangan sekali atau dua kali setahun, maka wisatawan diajak ikut dalam panen tersebut," kata Ary.

Untuk mengembangkan pariwisata di Rimbang Baling, kata Ary, seluruh stakeholder harus bersinergi satu sama lain. Masing-masing lembaga memiliki peran dan tahu akan perannya. "Dinas Pariwisata hanya 30 persen saja terlibat dalam pengembangan pariwisata. Selebihnya adalah tugas Dinas perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum mengembangkan dari sisi transportasi dan infrastruktur," ungkap Ary.

Menurut praktisi bisnis pariwisata tingkat nasional ini, prinsip produk wisata ada tiga. Yaitu, berpihak kepada masyarakat, ramah lingkungan dan kahayati serta ramah pada wisatawan. "Ketiga prinsip ini penting dalam pengembangan ekowisata," kata Ary.

"Dan untuk memahami pariwisata ada dua hal pula yang penting, yaitu informasi dan menciptakan nilai tambah. Informasi terkait promosi karena tanpa promosi, masyarakat tidak tahu keunggulan pariwisata Rimbang Baling. Dan menciptakan nilai tambah artinya membuatnya menjadi bernilai bisnis. Ekowisata yang dikembangkan berbasis masyarakat dan alam, kelestarian daerah konservasi akan tetap bisa terjaga," tandasnya. (wdu)