JAKARTA - Konsepsi struktur fondasi bangunan tahan gempa mungkin pernah melintasi benak anda, tapi anak-anak Universitas Gadjah Mada (UGM) ini bisa selangkah lebih maju dari anda.

Adalah Yosi Kristiana, Siti Zuliana, Miftahussurur Rosyadi, mahasiswa program D3 Teknik Sipil Sekolah Vokasi UGM yang mengembangkan sebuah teknologi yang dapat menekan kerusakan infrastruktur bangunan akibat gempa bumi.

"Kami sebut Fondasi Spring Damper,” kata Yosi Kristiana, Jumat (19/07/2019) lalu.

Yosi menjelaskan, fondasi Spring Damper ini, merupakan fondasi mesin sederhana yang dilengkapi dengan pegas, untuk meredam goncangan akibat getaran gempa bumi pada bangunan.

Yosi dan tim yang dibimbing Dr. Devi Oktaviana Latif, S.T., M.Eng, bahkan menggunakan shock breaker sepeda motor sebagai medium gerak osilasi pegas agar Spring Damper mudah dikenali dan diaplikasikan oleh masyarakat.

Untuk rumah tipe 48 meter persegi, penggunaan teknologi Spring Damper hanya butuh tambahan Rp3 juta. Tentu, ini adalah biaya yang murah jika dibanding teknologi tahan gempa lainnya, atau jika menimbang resiko pasca gempa itu sendiri.

"Materialnya sederhana, tapi kekuatannya tidak sederhana dan siap menahan goncangan. Data hasil laboratorium menunjukkan, penggunaan pondasi menghasilkan perpindahan (struktur) yang lebih kecil. Artinya lebih tahan goncangan, termasuk gempa," ungkap Devi selaku dosen pembimbing.

Pengembangan Spring Damper ini, tak lepas dari dana hibah dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kementerian Ristekdikti, yang diperoleh Yosi dan tim pada April lalu. Mereka kemudian berkolaborasi untuk menerapkan Spring Damper pada Hunian Transisi Menuju Permanen (Huntrap) untuk korban gempa.

So, lets do more!***