PEKANBARU - Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Pekanbaru Maisisco mengatakan, ketahanan pangan Kota Pekanbaru harus berbasis pembangunan perkotaan. Dimana, kebijakan ini akan diarahkan sebagaimana kebutuhan masyarakat kota.

Ia menjelaskan, ciri-ciri kebijakan pangan berbasis perkotaan adalah basis penguatannya bukan pada luas lahan yang digarap, melainkan pada pelaksanaan intensifikasi dan pemanfaatan teknologi.

"Karena Pekanbaru ini adalah kota yang besar. Maka, konsep ketahanan pangan kita harus menyesuaikan dengan realis perkotaan," ujarnya, Selasa (23/04/2024).

Menurutnya, luas lahan yang tersedia untuk penguatan ketahanan pangan di Pekanbaru relatif terbatas. Kondisi ini juga seperti terjadi di kota-kota besar lainnya.

"Terbatasnya ruang itulah yang mengharuskan upaya pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sangat penting,'' jelasnya.

Dalam pengaplikasiannya di Kota Pekanbaru, Maisisco menjelaskan, hampir sebagian besar aktivitas kebijakan di dalam ketahanan pangan memanfaatkan ruang yang terbatas.

''Misalnya saja, saat ini, petani lokal sudah banyak yang mengembangkan pertanian banyak yang mengembangkan pertanian dengan pola hidroponik, banyak juga yang memanfaatkan keterbatasan lahan dengan memanfatkan pekarangan dan memperkuat intensifikasi,'' jelas Maisisco.

Pihaknya juga berharap ke depannya, pemanfaatan teknologi dapat mengambil peranan dalam penguatan ketahanan pangan.

''Kita di Pekanbaru harus mengacu pada kota-kota besar lainnya dalam melakukan penguatan ketahanan pangan ini. Seperti halnya di Jepang, Korea, yang bahkan masyarakatnya sudah memanfaatkan atap rumah sebagai lahan terbas untuk menanam bahan kebutuhan pangan keluarga,'' jelasnya.

Dia sendiri mengaku sudah melihat beberapa inovasi yang dilakukan para petani dan pegiat tanaman pangan di Kota Pekanbaru yang memanfaatkan peran teknologi sebagai sarana mengatasi terbtasnya lahan.

''Bahkan sudah ada yang produksinya besar, bahkan sudah masuk ke swalayan modern di Kota Pekanbaru. Kita harapkan ke depannya akan semakin banyak yang seperti ini,'' harap Maisisco.

Maisisco juga menjelaskan, meski bukan sebagai daerah penghasil komoditas pangan, namun, hal tersebut bukan beraerti geliat pengembangan potensi tanaman pangan tidak berkembang di Kota Pekanbaru.

DKP mencatat setidaknya, saat ini total 23 persen dari kebutuhan pangan lokal disuplai dari petani dan kelompok masyarakat lokal.

Hal ini menunjukkan artinya masih banyak peluang yang bisa diambil untuk bisa meningkatkan hasil pangan di Kota Pekanbaru, yang sekaligus diharapkan bisa mendukung pada penanganan kawasan rentan rawan pangan ke depannya. ***