PEKANBARU - Dinas Sosial (Dinsos) Kota Pekanbaru mengakui sulitnya melakukan pembinaan terhadap anak - anak punk dikarenakan mereka memiliki latar belakang masalah pribadi yang beragam. Selain itu, keterbatasan anggaran juga menjadi alasan, selain anak punk yang diantar oleh Satpol PP keshelterpun terus berganti.

"Mengembalikan psikis anak punk ini tidak segampang yang kita kira, karena persoalan pribadi mereka ini beragam, ada yang putus dari pacarnya, ada yang dongkol sama orang tua dan masalah keluarga lainnya dan sebagainya," jelas Kadinsos Pekanbaru Chairani.

Menurut Chairani, anggaran yang disediakan untuk shelternya sendiri berkisar Rp300 juta, termasuk untuk biaya operasional dan listriknya. Sementara dengan anggaran tersebut kuota Dinsos untuk pembinaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) tahun ini hanya 180 orang.

"Anggaran kita tahun ini Rp300 juta termasuk untuk biaya listrik dan sebagainya serta biaya operasional, pengamanan dan pendampingan. Juga termasuk pangan dan sandang 180 orang yang menjadi kuota kita tahun ini," jelasnya.

Kemudian, Chairani menerangkan di shelter, anak - anak punk ini dibina sekitar 3 hari sampai 1 bulan. Mereka diarahkan untuk mengembalikan jati dirinya dan lebih dekat kepada agamanya.

"Kita mengarahkan mereka pelan - pelan, yang masih mau sholat kita ajak sholat, yang tidak juga pelan - pelan kita lakukan pendekatan. Untuk pembinaan kita tidak bisa pukul rata, karena yang harus kita kembalikan adalah psikis mereka, jadi ada yang 3 hari, 6 atau 7 hari, bahkan ada yang sebulan," urainya.

"Kemudian yang kalau tidak bisa dibina lagi maka kita menghubungi orangtuanya, kita pulangkan mereka ke daerah asalnya," tutup Chairani. ***