TELUKKUANTAN - Masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing), Riau mengeluhkan rendahnya harga karet dan sawit. Kondisi ini sudah berlangsung sejak lama dan masyarakat berharap pemerintah membuat terobosan.

Harapan akan adanya terobosan pemerintah untuk menaikkan harga karet dan sawit disampaikan Bupati Mursini saat kunjungan kerja Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan di Telukkuantan, Ahad (3/3/2019) siang.

Mursini menyatakan, Kuansing merupakan daerah penghasil karet dengan luas lahan mencapai 60 ribu hektare. Karena harga mura, luas kebun karet terus menurun karena banyak masyarakat yang mengganti dengan sawit.

"Kami pikir, perlu dibangun industri hilir di Kuansing dan kami sangat berharap pemerintah pusat merealisasikan. Sehingga, harga karet kembali naik," ujar Mursini.

Begitu juga halnya dengan harga kelapa sawit. Mursini mengharapkan pemerintah pusat membuat terobosan agar harga sawit petani semakin mahal.

Luhut yang datang bersama Gubernur Riau Syamsuar dan Walikota Pekanbaru Firdaus menyatakan pemerintah sudah memiliki cara untuk menaikkan harga karet dan sawit.

Menurutnya, Pemerintah Indonesia terus berupaya memperbaiki harga karet. Salah satunya melakukan pertemuan dengan Malaysia dan Tailand, sebagai negara penghasil karet dunia.

"Kalau tiga negara penghasil karet bersatu, maka harga bisa diatur. Ini yang coba kita lakukan. Indonesia dan Tailand juga sudah sepakat untuk mengurangi ekspor karet sebanyak 250 ribu ton," ujar Luhut.

Ditegaskan Luhut, pemerintah sangat berkepentingan untuk memperbaiki harga karet. Namun, proses tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Terlebih, orang asing terus menekan dengan harga rendah.

"Kita akan bangun pabrik ban sebagai industri hilir," kata Luhut. Selain itu, karet juga telah digunakan sebagai aspal. Dengan demikian, diaharapkan kebutuhan karet akan terus meningkat.

Sementara, untuk kelapa sawit, Luhut menyatakan pemerintah sedang membuat terobosan bahwa 30 persen akan diubah menjadi biodiesel.

"(Harga sawit) Kita sedang perbaiki, kita tidak mau diatur oleh orang asing. Jika 30 persen CPO diubah jadi biodiesel, maka akan terganggu antara suplay dan demand. Dengan sendirinya, harga sawit meningkat," papar Luhut.

Menurut Luhut, perbaikan harga sawit sangat penting. Mengingat, Riau merupakan penghasil kelapa sawit yang bagus. Pemerintah tak hanya memperbaiki harga, tapi juga memperbaiki kualitas sawit masyarakat.

"Pemerintah punya program replenting. Targetnya, 40 persen sawit rakyat merupakan bibit unggul dengan hasil 6 ton per hektare," kata Luhut.***