DUMAI, GORIAU.COM - Nasib guru yang ditugaskan di kawasan perbatasan sangat memprihatinkan. Terlebih lagi jika musim penghujan para tenaga pengajar harus mandah dan tidur diatas meja kantor dimana mereka mengajar tersebut. 

Dahliana, seorang guru di Basilam Baru, Kecamatan Sungai Sembilan kepada Goriau.com Rabu (18/9/13) menyebutkan demi mengajar dan tidak menelantarkan para murid, guru yang bermukin jauh dari kawasan perbatasan terpaksa harus mandah akibat akses jalan yang tidak bisa dilalui jika hujan."Kalau udah musim hujan begini, kami guru SDN 014 Basilam Baru dan guru sekolah lainnya harus mandah di sekolah. Jika tidak, siswa kami akan telantar tidak belajar. Sedangkan disini tidak ada rumah guru. Terpaksa kami nginap dikantor dan tidur dicelah meja kantor, kasian kami kan," ungkapnya.Ditambahkan Dahliana, pemerintah hendaknya memperhatikan nasib guru dikawasan perbatasan. Selama ini, guru dan tenaga pengajar lainnya di kawasan perbatasan tidak mendapat perhatian dari pemerintah, hal itu seolah terlupakan."Kami minta perhatian dari pemerintah jadi kami orang Bulu Halo yang tempatnyo ujung kampung Dumai terpantau jugo kondisi nyo," harapnya.Ditambahkan Dahliana, kondisi seperti itu sudah dialaminya 4 tahun belakangan. Dimana dengan jarak tempuh 20 kilo meter, jika musim penghujan maka belasan guru yang mengajar di perbatasan harus berjalan kaki selama 5 jam dengan menempuh jalan tanah yang berlumpur.“Kami ada 18 orang di SD 014 Besilam baru, termasuk kepsek, jika musim hujan kami harus menempuh jarak 20 KM, dan jika jalan kaki pakai sepatu bots kami harus berjalan lima jam lamanya, makanya kami memilih tidur dikantor meski istirahat diatas meja,” ungkapnya.Para guru diperbatasan tersebut berharap kepada pemerintah agar diperhatikan. Karena, profesi selaku guru nonor K2 hanya menerima honor yang tidak seberapa bahkan untuk transportasi saja tidak cukup.“Kami guru honor ni ada lima yang ikut K2. Tolonglah perhatikan kami ini, tak cukup gaji honor kami tudoh untuk biaya transport kami. Kami mau makan jugo, lima orang kami Spd. Jurusan guru kelas,” harap Dahliana.Dijelaskan Dahliana, para guru honor di kawasan perbatasan menerima Rp1,6 juta perbulan. Honor itu tidaklah cukup untuk menutupi kebutuhan transportasi dimana setiap musim hujan harus menyewa kapal boat sebesar Rp50.000. Senin hingga Sabtu begitu terus saat keluar hari Sabtu selama musim penghujan sampai datang musim kemarau.“Itu lah yang kami alami selama 4 tahun ini, kalau musim kemarau jalan bisa ditempuh dengan sepeda motor dan harus membiayai minyak 2 liter perhari,” sebutnya.Ditambahkan Dahliana, Kondisi seperti itu diperparah dengan jumlah muridnya yang banyak sekitar 12 rombel.”Sekitar 250 siswa, lokasi bagus cuman transportasi yang masih buruk tak ada listrik jaringan handphone kami pakai antena,” sebutnya.(egy)