PEKANBARU - Sejak ditemukannya kerangka manusia yang disebut-sebut milik seorang bocah perempuan bernama Angelika, di Jalan lintas timur KM 15 Desa Baru kecamatan Siak Hulu, 23 Maret 2016 lalu, sampai kini pihak keluarga si bocah belum juga mendapat titik terang dari Polda Riau.

Teka-teki temuan kerangka ini sampai sekarang masih jadi misteri, apakah bocah perempuan umur 11 tahun tersebut memang dibunuh atau meninggal dunia oleh sebab lainnya. Yang jelas, Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Riau masih menunggu hasil tes kecocokan DNA orangtua dan tulang belulang itu oleh Dokkes Mabes Polri.

"Kita terus koordinasi (Kedokteran Mabes), info terakhir yang kami dapat katanya minggu depan keluar hasil tes (DNA) itu," ungkap Kasubid Dokkes Polda Riau, Kompol Supriyanto menjawab GoRiau.com, Sabtu (14/5/2016) siang. "Memang ini cukup panjang prosesnya," sambung dia.

Sementara itu, ibunda Angelika, Lenta Pardosi mengaku kerap didatangi anaknya melalui mimpi. Dalam mimpi itu, sang buah hati meyakinkan kalau ia belum tewas. "Sudah sering mimpi (Angelika). Dia ngomong begini, aku belum mati mak," kenang Lenta.

Lenta yang saat itu sempat diwawancarai GoRiau.com saat mendatangi Polda Riau bersama Aris Merdeka Sirait melanjutkan, firasat keibuannya meyakinkan kalau tulang belulang yang ditemukan tersebut bukan milik anaknya. Lalu bagaimana dengan temuan pakaian dan item lainnya yang didapati polisi pada kerangka itu?

"Saya sempat tanya sama dia (Angelika) di mimpi itu, dia jawab kalau pakaiannya dipaksa dibuka. Saya tak tahu, apakah anak saya hilang (diculik, red) atau memang kerangka itu punya Angelika. Lama sekali kami menunggu kepastian ini (DNA)," sesal Lenta menjelaskan.

Senada dengan itu, Pak Tuo (Angelika) bernama Pardede menyebutkan, dirinya sampai sekarang belum bisa menerima 100 persen keterangan tim dari Dokkes Polda Riau yang menyebut kalau hasil analisa dari pakaian dan atribut yang ditemukan ada kecocokan dengan korban.

"Makanya harus pasti melalui DNA. Kalau memang itu tulang belulang anak kami, kami bisa menziarahi makamnya. Kalau sekarang rasanya tidak sepenuh hati. Kalau memang ada fakta medis demikian, kami merelakannya dan berharap pelaku bisa ditangkap," pungkas Pardede. ***