PEKANBARU, GORIAU.COM - Kabupaten Kampar merupakan daerah yang sangat potensial untuk menjadi sentra bawang merah di Provinsi Riau karena letaknya yang strategis dan didukung dengan program andal, demikian pengamat pertanian dari Universitas Riau Deby Kurnia.

''Selama ini saya melihat Kampar sebagai daerah yang berkonsentrasi dalam pengembangan tanaman palawija, memiliki pangsa pasar yang luas di Provinsi Riau. Karena letak strategis Kampar yang berdekatan dengan Kota Pekanbaru sebagai daerah sentral di Riau,'' kata Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau, Deby Kurnia kepada pers di Pekanbaru, Selasa (7/4/2015).

Menurut Deby, Kampar memiliki potensi yang cukup bagus dengan programnya menjadikan sentra bawang merah. Karena selain masyarakatnya inten dalam bercocok tanam, daerah ini juga didukung penuh oleh pemerintahnya.

''Dulu itu, Kampar merupakan sentra produksi padi, sekarang pemerintahnya memiliki program untuk menjadikan Kampar sebagai sentra bawang merah. Saya rasa pemerintahnya sangat inten melihat peluang dan potensi yang ada," kata Deby.

Untuk di Riau menurut Deby ada dua daerah yang selalu konsisten dalam mendukung pengembangan pertanian dibidang budidaya tanaman palawija yakni Kabupaten Kampar dan Siak. Namun Kampar selalu memiliki program baru yang memiliki potensi besar dan selalu terdepan.

''Menuju petani swadaya yang diterapkan pemerintah setempat. Dengan demikian biaya produksi lebih murah, dan dibutuhkan juga kekonsistenan pemerintah," katanya.

Dengan demikian, menurut Deby upaya menjadikan Kampar sebagai produsen tanaman palawija mengurangi konsumtif Riau untuk bergantung dengan daerah provinsi tetangga yang selama ini berlangsung. Karena Kampar akan bisa memasok untuk Riau sendiri.

"Selama ini yang diharapkan Riau itu menjadi daerah produsen juga, tidak bergantung terus dengan provinsi tetangga. Saya rasa Kampar salah satunya sudah mulai ke sana. Seperti produksi padinya, tanaman palawija seperti bawang dan cabai serta sayur-sayurannya," kata Deby.

Namun demikian untuk tanaman palawija seperti bawang yang saat ini sedang dikembangkan Pemerintah Kabupaten Kampar, menurut Deby harus fokus dalam mendukung petani.

Menurut dia, bawang sebagai tanaman pertanian belum familiar di masyarakat, tentu harus menjadi fokus dari Pemkab Kampar. Tidak hanya mengandalkan petani saja tapi pemerintah juga harus terus ikut mengawal.

Terutama yang dilakukan pemerintah adalah kebijakan dalam memberikan subsidi kepada petani dalam produksi. Kemudian mengatur tata niaga setelah panen, katanya.

"Kebijakan yang harus dilakukan subsidi produksi dan tata niaga. Karena nanti jika terjadi panen besar-besaran, biasanya jika produk banyak akan terjadi harga murah. Untuk itu harus diatur tata niaganya jangan sampai petani merugi," kata dia.

Meskipun demikian menurut Deby, program sentra bawang merah yang dibuat Pemkab Kampar merupakan hal yang harus ditiru daerah lain di Riau.

Pemerintah Kabupaten Kampar sejauh ini terus memperkuat sektor pertanian melalui program pemberdayaan masyarakat untuk melepaskan ketergantungan sayuran seperti cabai dan bawang dari luar daerah.

"Selama ini untuk memenuhi kebutuhan sayuran dan bawang serta cabai di Riau, 90 persen dipasok dari luar daerah seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara," kata Bupati Kampar Jefry Noer.

Ia menjelaskan, Pemkab Kampar melakukan inovasi untuk menjalankan berbagai program pertanian dengan target menuju swasembada ketahanan pangan khususnya sayuran, cabai dan bawang merah.

"Kami bertekad untuk membalikkan semuanya. Kampar dan Riau yang tadinya ketergantungan sayuran luar daerah, kedepan tidak lagi dan justru akan memasok sayuran, cabai dan bawang ke daerah lain," kata Jefry.

Semua program pertanian tersebut dipusatkan di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Karya Nyata, Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu.

Kawasan P4S itu menjadi wadah untuk melatih masyarakat menjadi petani, peternak sapi dan ikan. Targetnya adalah agar warga Kampar bisa menjadi petani yang andal dengan pengetahuan memadai, sehingga bisa hidup mandiri, bahkan memandirikan masyarakat lainnya.

"Seluruh pengembangan pelatihan di kawasan P4S tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah," katanya.

Jefry mengatakan, Pemdakab Kampar kini menggiatkan program peningkatan dan kemandirian masyarakat dalam berbagai hal. Selain pertanian dan peternakan, juga termasuk mengembangkan industri baju sekolah hingga menjadi sentral di Provinsi Riau. Targetnya adalah kalangan ibu rumah tangga, memberikan mereka pelatihan menjahit dengan harapan mampu untuk menghasilkan baju sekolah guna memenuhi kebutuhan seragam sekolah di Kabupaten Kampar.

"Sekarang ini untuk seragam sekolah, kebanyakan daerah-daerah di Riau masih memesannya dari luar provinsi seperti Jawa dan juga Bukittinggi," kata Jefry Noer.

Maka dari itu, lanjutnya, hal itu merupakan peluang bagi Kampar untuk menjadikan daerah ini sebagai pusat perindustrian baju, khususnya untuk seragam sekolah mulai tingkat sekolah dasar hingga menengah atas.

"Ini merupakan peluang yang harus dicapai sebagai upaya menyukseskan program 3 Zero, yaitu bebas kemiskinan, pengangguran dan rumah kumuh," katanya. (rls)