JAKARTA - Tim peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) mengungkapkan telah menemukan hama Fall Armyworm (Spodoptera frugiperda) pada dua lokasi pertanaman jagung di Kota Baru, Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar). Hama tersebut menjangkit jagung dalam masa umur tanam kurang dari tiga bulan.

"Dari dua lokasi tersebut tanaman muda hampir 100 persen terjangkit, tetapi luasan yang baru teridentifikasi hanya sebatas mata memandang. Hama memakan tanaman muda dan dalam satu tanaman bisa sampai 11 ekor," jelas Dosen Departemen Proteksi Tanaman IPB, Dr Dewi Sartiami di Jakarta, Kamis (23/5/2019) seperti dilansir Indopos.co.id.

Dewi memaparkan, alasan meyakini penyebaran hama Spodoptera frugiperda tersebut lewat identifikasi morfologi larva. Ciri penting terdapat garis mirip huruf Y terbalik pada kepala dan terdapat 4 buah bintik yang besar (pinacula) pada abdomen segmen 8 (A8) membentuk segiempat.

Selain itu hama ini memiliki 3 garis pada bagian atas tubuh, yaitu sebuah pada dorsal dan pada masing-masing sub dorsal dan memiliki garis lebar seperti pita pada lateral. "Berdasarkan ciri morfologi di atas disimpulkan bahwa sampel yang didapat di Pasaman Barat adalah benar ulat Spodoptera frugiperda," jelasnya.

Sedangkan menurut ciri imago, ditambakan Dewi, dari penelitian di dua lokasi tersebut juga ditemukan satu ekor imago yang memiliki kesesuaian dengan bercak sesuai FPPO 2015, yakni terdapat bercak berbentuk oval dan berbentuk ginjal di kiri dan kanan sayap yang sudah dikembangkan.

"Dari bercak sayap yang dimiliki sampel dari Pasaman Barat juga sesuai dengan literatur. Tetapi kami mentaati peraturan untuk tidak membawa sampel tersebut keluar dari Sumatera Barat," tambahnya.

Sementara itu, Pakar Hama dan Penyakit Tumbuhan dari IPB, Dr. Idham Sakti Harahap mengemukakan, Fall Armyworm adalah hama yang sangat merusak dan polifag berbagai jenis tanaman pangan di dunia.

Hama yang berasal dari Amerika ini pertama kali terdeteksi di Nigeria, Afrika pada tahun 2016. Selanjutnya, hama memasuki wilayah Asia, di antaranya India, Thailand, Srilanka, dan Myanmar, Bangladesh dan China.

Tidak hanya jagung, hama ini juga berpotensi menyerang kubis, bit, berbagai jenis bawang, kacang polong, kacang tanah, kedele, kapas, kentang, tomat, apel, anggur, jeruk, pepaya, peach, strawberry dan tebu, cabai, mentimun, berbagai jenis tanaman hias, padi. Beberapa gulma juga dapat sebagai inang seperti keluarga kangkung, teki, dan bayam.

"Untuk di Indonesia, sejauh ini inang masih terbatas pada tanaman jagung," tambahnya.

Menurut CABI (2018) memperkirakan kerugian akibat serangan FAW pada tanaman jagung di 12 negara Afrika antara 4 sampai 18 juta ton per tahun senilai USD 1-4.6 juta/tahun, Nicaragua kerusakan 15-73 persen, India dilaporkan produksi jagung turun hingga 50 persen dan keseluruhan dataran China tahun depan akan terinfestasi oleh FAW.

Idham menambahkan, penyebaran hama ulat Spodoptera frugiperda bisa melalui perdagangan sayur-mayur, buah-buahan antarnegara, atau mungkin lewat impor jagung sebagai pakan atau sebagai bibit induk.

"Penyebaran juga bisa terbang terus mengikuti arus cahaya. Jadi bisa juga tertarik mengikuti cahaya," tambahnya. Saat menjadi kupu-kupu, Spodoptera frugiperda bisa terbang sejauh 100 km perhari dengan bantuan angin. Serangga ini mampu bertahan di musim dingin. Karena Indonesia negara tropis, jadi sangat berpotensi terserang hama ini

"Kita perlu meningkatkan kehati-hatian namun tidak perlu panik yang berlebihan. Untuk itu, kegiatan monitoring dan pendampingan perlu diintensifkan," tutupnya. Ketua Tim Teknis Komisi Peptisida Indonesia, Departeman Proteksi Tanaman, IPB, Dadang turut memberikan keterangan tambahan. Ia memaparkan bahwa hama Fall Armyworm juga sudah terdeteksi di Lampung, Jambi, Aceh dan Padang, bahkan di Papua. Tetapi pihaknya masih mengumpulkan bukti untuk menambah akurat data.

Ia juga membeberkan sudah membicarakan temuan tersebut kepada pihak Kementerian Pertanian (Kementan), dengan harapan bisa mempersiapkan lebih awal jika penyebaran sudah masif terutama di Pulau Jawa dan Sumatera.

"Semoga para pengambil kebijakan bisa mengambil langkah-langkah yang cerdas dalam menangani permasalahan ini," jelas Dadang. ***