JAKARTA - Bupati Kepulauan Meranti, M Adil berada di puncak marah. Dia mengaku berkali-kali meminta ketemu langsung Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Namun, selalu gagal. Menkeu meminta agar pertemuan dilakukan secara online saja. Alasannya sulit mengatur waktu untuk bertemu secara langsung.

Adil juga berkali-kali meminta bertemu pejabat Kemenkeu yang menangani dana bagi hasil minyak. Juga gagal. Pada puncak kekesalannya, Adil menyebut Kemenkeu berisi setan dan iblis.

Kemarahan itu ditumpahkan kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, Lucky Alfirman. Itu terjadi pada rapat koordinasi Pengelolaan Pendapatan Belanja Daerah se-Indonesia di Pekanbaru, Kamis 9 Desember 2022.

Hadir dalam kesempatan itu Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi Pembangunan, Laode Ahmad; Gubernur Riau Syamsuar; Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah Kemendagri, Agus Fatoni.

Pada sesi tanya jawab, Adil langsung memanfaatkan kesempatan. Dia menjelaskan, Meranti memproduksi 8 ribu barel minyak per hari. Namun, dana bagi hasil yang diperoleh tidak jelas. Padahal, kata dia, dana itu sangat dibutuhkan untuk mengentaskan warga miskin di daerahnya.

Dia memaparkan data bahwa di Riau memiliki populasi 25,68 persen orang miskin plus ekstrem. Sebagian besar di antaranya berada di Meranti. "Berulang kali saya sampai tiga kali menyurati ibu menteri (Menkeu Sri Mulyani) untuk audiensi. Tapi alasannya Menteri Keuangan mintanya online, online, online," katanya.

Pada 2022, Kabupaten Meranti hanya mendapatkan DBH minyak Rp114 miliar. Hitungannya US$60/barel. Pada RAPBD 2023 direncanakan naik mengacu pidato Presiden Joko Widodo yakni menjadi mana 1 barel bernilai US$100 setara Rp1.560.300 (asumsi kurs Rp15.603).

"Sampai ke Bandung saya kejar Kemenkeu, juga tidak dihadiri oleh yang kompeten. Itu yang hadiri waktu itu entah staf atau apalah. Sampe pada waktu itu saya ngomong ‘Ini orang keuangan isinya ini iblis atau setan’," kata Adil.

Yang membuat Adil emosi, ternyata ada perbedaan hitungan DBH dari hasil minyak bumi di Meranti. Adil akhirnya meminta diberikan surat agar tak ada lagi pengeboran minyak di Meranti.

Saat ini ada 13 sumur minyak yang dibor sepanjang tahun ini. Sementara tahun depan akan bertambah menjadi 19 sumur dengan target 9.000 barel/hari.“Saya berharap nanti bapak keluarkan surat untuk penghentian pengeboran minyak di Meranti. Jangan diambil lagi minyak di Meranti itu, nggak apa-apa, kami juga masih bisa makan. Dari pada uang kami diisap sama pusat,” tegas Adil.***