JAKARTA – Kecemasan terhadap kehadiran artificial intelligence (AI) semakin mengisi ruang publik. Pasalnya, banyak profesi yang dikabarkan bakal punya karena diganti AI.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bahkan meminta para generasi muda untuk kreatif dalam membangun ekonomi. Sebab, tantangan masa depan bukan hanya perubahan digitalisasi melainkan AI.

"Kalau kita lihat ke depan belum lagi terjadi perubahan yang namanya perubahan digitalisasi Al," ujarnya saat ditemui di gedung Smesco Jakarta, beberapa waktu yang lalu.

Erick mengungkapkan, dengan kehadiran AI, generasi muda harus bersiap dengan hilangnya sejumlah posisi dan profesi lapangan pekerjaan. Diperkirakan, akan ada sebanyak 85 juta lapangan pekerjaan yang hilang.

"Tantangan yang lain ketika Indonesia didorong harus menciptakan lapangan kerja. Data World Ekonomi menyatakan 85 juta lapangan pekerjaan yang hilang dibanding 67 juta yang tumbuh," ungkapnya.

15 Profesi Digantikan AI

Dalam laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) berjudul Future of Work, revolusi teknologi diramal makin masif yang didorong oleh kecerdasan buatan dan otomasi.

Riset dalam laporan yang sama mencatat 23% tenaga kerja seluruh bidang bakal berubah total dalam 4 tahun lagi. Yakni ada yang musnah maupun profesi baru yang muncul.

Industri yang bakal berubah dalam rentang waktu tersebut antara lain media, hiburan dan olahraga. Diperkirakan sekitar 32% pekerjaan dari industri tersebut akan lenyap atau menghadirkan profesi baru.

Selain itu sejumlah bidang juga akan mengalami pergeseran drastis, mulai dari bidang pemerintahan, komunikasi digital dan teknologi informasi, real estat, layanan keuangan, serta transportasi dan rantai pasok.

WEF merilis 15 daftar pekerjaan yang akan hilang dalam rentang 2023-2027.

Berikut daftarnya:

- Teller bank
- Petugas pos
- Kasir dan loket
- Data entry
- Sekretaris dan administrasi
- Staf pencatat stok (stock-keeping)
- Staf akuntansi, pembukuan, dan payroll
- Legislator dan pejabat/pegawai pemerintahan (ASN)
- Staf statistik, asuransi, dan keuangan
- Sales door-to-door, pedagang kaki lima, dan penjual koran
- Satpam
- Manajer kredit dan pinjaman
- Penyelidik dan pemeriksa klaim
- Penguji software
- Relationship manager.

Tak Mungkin Masih Banyak Padat Karya

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah mengatakan serius untuk melakukan transformasi besar-besaran terhadap kinerja aparatur sipil negara (ASN). Sejumlah strategi disiapkan.

Deputi Bidang SDM Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PANRB) Alex Denni menjelaskan, akan membentuk individu ASN/PNS yang tangguh demi bisa menjawab kemajuan teknologi di masa depan.

Dalam membentuk PNS yang tangguh tersebut, kata Alex, Kemen PANRB telah menyiapkan enam strategi.

Pertama, penguatan budaya kerja dan employee branding. Di mana budaya kerja atau core value ASN sekarang sama di semua K/L, baik di daerah dan pusat.

Kedua, percepatan peningkatan kapasitas dengan cara pengetahuan masing-masing PNS harus terus diakselerasi.

"Gak bisa ASN itu bertahun-tahun gak dapat kesempatan belajar dan segala macam. Ini, kami siapkan, sedang membuat kebijakan-kebijakan sampai nanti mengarah ke learning wallet," jelas Alex.

Learning Wallet yang dimaksud adalah anggaran khusus yang disiapkan pemerintah untuk para ASN untuk bisa meningkatkan keterampilan dan pengetahuan. Namun, sampai saat ini Alex belum bisa memberikan gambaran berapa anggaran yang akan disiapkan pemerintah untuk learning wallet tersebut.

Kemudian strategi ketiga untuk membentuk ASN/PNS yang tangguh yakni, peningkatan kinerja. Termasuk di dalamnya perbaikan sistem penghargaan untuk ASN. Jadi, ASN akan dituntut profesionalismenya, namun penghargaan atau reward juga akan diperhatikan.

Keempat, pengembangan talenta dan karir. Pemerintah, kata Alex akan membentuk talent committee, talent tools, dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk membangun leadership dan meningkatkan keterampilan teknis para ASN.

Kelima, percepatan transformasi digital. "Jadi sekarang kita sedang menyiapkan super apps, digital platform untuk ASN, sehingga 4,2 juta ASN terhubung di dalam sebuah platform kerja," jelas Alex.

"Sehingga mau melakukan pengelolaan kinerja, memberikan feedback, talent manajemen, dan lain-lain itu sudah di dalam platform itu," ujarnya lagi.

Keenam yakni penyesuaian atau perancangan jabatan yang bisa mendukung organisasi yang bisa fleksibel. Karena selama ini desain jabatan, menurut Alex sangat rigid.

Misalnya jabatan fungsional, di mana butir-butir kebijakannya didefinisikan dengan angka yang rigid, sehingga menutup fleksibilitas kinerja ASN.

"Tentu simpul-simpul itu harus dibongkar sehingga bisa mendukung organisasi yang fleksibel. Kira-kira tiga agenda transformasi besarnya seperti itu," tuturnya

Dalam melakukan transformasi digital, tenaga pelaksana diperkirakan akan berkurang, karena pekerjaannya akan digantikan oleh teknologi.

Oleh karena itu, kata Alex diperkirakan dalam lima tahun ke depan, pejabat pelaksana akan berkurang 30% hingga 40%.

"Jadi sekitar mungkin 600.000 dari 1,6 juta yang melakukan pelaksana itu harus bertansformasi upskilling atau re-skilling melakukan pekerjaan yang lain lebih value added atau by nature yang pensiun kita tidak ganti," jelas Alex.

"Harus ada negatif growth di sana, kalau gak, gak lucu, kita going digital tapi masih banyak yang padat karyanya di sana," kata Alex melanjutkan.***