PEKANBARU - PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), bagian dari Grup APRIL, perusahaan kertas dan bubur kertas, kembali menambah 4 armada bus listrik atau electric bus. Sama dengan 2 bus sebelumnya, 4 bus ini merupakan produksi PT Mobil Anak Bangsa (MAB).

Chief Operating Officer (COO) PT RAPP Eduward Ginting mengatakan bahwa pengadaan bus listrik ini merupakan satu diantara upaya yang dilakukan RAPP untuk menekan emisi di lingkungan perusahaan, sekaligus mendukung program pemerintah yang menargetkan pengurangan emisi karbon hingga 32% pada tahun 2030.

"APRIL berupaya mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan dalam kegiatan operasionalnya dengan beralih ke armada transportasi ramah lingkungan. Pembelian bus listrik dari MAB menjadi salah satu upaya APRIL dalam mengurangi pemakaian bahan bakar fosil," kata Edward Ginting di Senin (16/1/2023).

Ia menambahkan, pemakaian bus listrik sejalan dengan komitmen perusahaan dalam visi APRIL2030. Yaitu untuk memberikan dampak positif bagi iklim (climate positive) dengan menargetkan 50% kebutuhan energi operasional APRIL berasal sumber energi yang lebih bersih dan terbarukan pada tahun 2030.

Sementara itu, Direktur Utama PT MBA, Kelik Irwantono mengatakan 4 bus listrik berdimensi 12 meter ini dilengkapi dengan baterai LifePo berkapasitas 315,85 kilowatt-jam (kWh) dan memiliki kemampuan charging selama tiga jam.

"Bus listrik ini bertipe permanent magnet synchronous motor dengan kecepatan tempuh maksimum 110 kilometer per jam," jelasnya.

Bahkan, sebelum diserahkan secara resmi, APRIL telah melakukan factory acceptance test untuk memastikan produksi bus listrik MAB tipe MD 12E NF telah sesuai secara kualitas.

"Setelah dilakukan pengetesan, unit bus listrik MD 12E NF dinyatakan lulus uji berkala oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub)," jelasnya.

Saat ini, Grup APRIL sendiri telah membangun charging station untuk pengisian daya bus listrik dan akan segera dilakukan uji coba dalam beberapa hari ke depan.

Manfaat Mobil Listrik

Sebagai informasi, pemanasan global memang menjadi isu serius beberapa tahun belakang. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan bahan bakar fosil yang melepaskan gas rumah kaca (GRK) ke udara. Data Climate Transparency Report 2020 menunjukkan, sektor transportasi menyumbang 27 persen dari seluruh emisi yang dilepas ke udara. Sektor transportasi menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar Indonesia kedua setelah sektor industri. Melihat fakta tersebut, sejumlah negara, termasuk Indonesia, mulai sadar akan pentingnya penggunaan energi terbarukan di sektor transportasi.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah memproduksi kendaraan listrik untuk moda transportasi umum atau pribadi. Hal inilah yang mendasari MAB memproduksi

kendaraan listrik. Di Indonesia, penggunaan kendaraan listrik memang belum umum. Meski demikian, pemerintah menargetkan sebanyak 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik dapat mengaspal pada 2030.

Bahkan, pemerintah juga punya target membangun 60 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) pada 2021. Melihat manfaatnya, penggunaan kendaraan listrik memang dapat berdampak dalam banyak hal. Selain dapat mengurangi polusi udara dan membantu menyediakan udara bersih bagi seluruh makhluk hidup, kendaraan listrik dianggap lebih hemat dibandingkan kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM).

Dalam perhitungannya, setiap satu liter BBM setara dengan 1,3 kWh listrik. Harga bensin per satu liter sekitar Rp 6.800 hingga Rp 10.000. Sementara itu, tarif listrik per satu kWh hanya sekitar Rp 1.400. Ini berarti, penggunaan kendaraan listrik seperlima lebih murah dibandingkan pemakaian kendaraan dengan BBM.

Pemerintah juga turut mengajak masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan target tersebut dengan beralih menggunakan kendaraan listrik. ***