PEKANBARU, GORIAU.COM - Menurunnya harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit belakangan ini membuat beberapa pihak tidak berdaya. Salah satunya adalah Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Drs. H. Zulher MS. Dia menilai bahwa penurunan harga TBS beberapa minggu ini merupakan imbas perekonomian dunia yang memburuk. Sebagai satker di pemerintahan daerah dia tidak bisa berbuat apa-apa karena pemerintah Indonesia pun tidak bisa mengintervensi pasar global.

Untuk mempertahankan industri kelapa sawit terus menjadi primadona maka dia mengharapkan kepada pelaku usaha perkebunan baik petani dan perusahaan besar dapat meningkatkan produktifitas dan nilai jual. Peningkatan produktifitas dalam bentuk perbaikan kualitas hasil buah kelapa sawit. Peningkatan produktifitas kelapa sawit dengan jalan peningkatan pola pengelolaan yang terbaik.

''Di sektor hulunya, kita harus perbaiki kualitas buah kelapa sawit. Jadi petani atau perusahaan perkebunan harus menerapkan pola pemakaian bibit yang baik, pemupukan dan pemanenannya yang sesuai standar. Sehingga jika pun harga jual buah sawit rendah namun faktor pengalinya yaitu produksi yang meningkat maka hasilnya pun tetap stabil,'' ujar Zulher kepada wartawan pada hari Rabu (11/6) siang di kantornya.

Sedangkan untuk meningkatkan nilai jual, bagi petani dia menyarankan untuk membuat kelompok tani (poktan). Dengan adanya poktan maka memudahkan kepada petani untuk menjual ke pabrik. Selama ini dia menilai harga jual TBS petani rendah dikarenakan petani menjual ke pihak ketiga (tengkulak) yang tentunya juga ingin mendapatkan keuntungan. Dia juga mengatakan, berkelompok itu sangat baik dan banyak manfaatnya.

''Berkelompok itu besar manfaatnya, disamping silaturahmi dengan sesama petani terus terjaga, memudahkan kepada pemerintah untuk membinanya dan yang paling penting dengan dengan berkelompok petani dapat meningkatkan daya tawar harga buah kepada PKS,'' tambah mantan Sekda Kampar ini.

Sedangkan untuk pengusaha besar dia mengharapkan agar pengusaha segera melakukan lompatan bisnis yaitu membangun pabrik pengolahan produk hilir dari kelapa sawit. Dengan adanya hilirisasi produk kelapa sawit ini akan meningkatkan nilai jual. Dia memberikan gambaran, rata-rata harga CPO adalah Rp 9.000/kg, jika CPO tersebut diolah menjadi minyak goreng maka harganya akan menjadi Rp 13.000/kg. Maka terdapat selisih harga Rp 4.000/kg yang merupakan penambahan nilai jual bahan baku.

''Kita sangat mengharapkan pengusaha besar bertindak cepat untuk membuat pabrik pengolahan produk-produk hilir buah kelapa sawit. Jika ini terealisasi maka dapat meningkatkan nilai jual bahan baku dalam negeri dan kita tidak lagi menjual CPO ke pasar global,'' harap Zulher.

''Hilirisasi merupakan suatu keniscayaan agar nilai jual bahan baku kita terus meningkat. Tanpa hilirisasi maka harga bahan baku kita akan terus diintervensi oleh pasar global. Dengan adanya hilirisasi yang maksimal maka kita akan menjadi penentu dalam perdagangan CPO dan turunannya di pasar global,'' ujar Zulher. (rls)