RAMADHAN 1441 Hijriah tahun ini berbeda dengan Ramadhan di tahun sebelumnya. Ramadhan kali ini diwarnai dengan mewabahnya virus Corona atau Covid-19 di seluruh dunia. Sehingga pemerintah Indonesia menetapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), yaitu aturan pembatasan aktifitas dan menjaga jarak demi mencegah penyebaran virus corona. Hal ini menimbulkan masalah baru karena masyarakat hanya berdiam di rumah saja, aktifitas-aktifitas yang bisa dilakukan pun terbatas. Alhasil menyebabkan timbulnya rasa bosan di setiap individu.

Pada tanggal 14 Maret 2020 hingga 24 maret 2020, Lembaga Riset Kantar mengungkapkan aktifitas di media sosial meningkat sebanyak 40% selama pandemic Covid-19. Ini terjadi ketika dunia memberlakukan lockdown atau karantina wilayah untuk memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19. Masyarakat pun menjadikan media sosial sebagai alat pelampiasan untuk menghilangkan rasa bosan karna terbatasnya aktifitas yang bisa dilakukan.

Media sosial bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi kita, terutama bagi kalangan milenial. Media sosial yang biasa disebut dengan dunia maya ini merupakan sebuah wadah dimana penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan kreatifitas di dunia virtual.

Andres Kaplan dan Michael Haenlein menganggap bahwa media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar ideologi dan teknologi web 2.0, yang memungkinkan pengguna menciptakan dan melakukan pertukaran konten.

Kemudahan mengakses dan menggunakan media sosial membuat kita terkadang lupa dengan waktu, teman, bahkan keluarga. Kita terlalu sibuk dengan media sosial yang kita miliki. Layaknya bahan adiktif, kegiatan di media sosial bagi sebagian besar orang bukan lagi sebuah aktifitas selingan maupun hiburan. Tanpa disadari, media sosial mampu menimbulkan efek ketergantungan. Media sosial memang sebuah wadah inovatif dan kreatif yang banyak memberikan dampak positif, namun bagaimana kalau media sosial malah memberikan kita dampak negatif yang tanpa kita sadari bisa mempengaruhi kehidupan sosial kita di dalam keluarga terutama pada bulan Ramadhan ini.

Di bulan Ramadhan yang mulia ini, kita dianjurkan untuk meningkatkan ibadah kita dari hari biasanya, karena ada banyak keutamaan di bulan yang suci ini. Apalagi, saat ini kita hanya berada di rumah, seharusnya kita bisa lebih banyak melaksanakan ibadah, salah satunya dengan rehat sejenak dari bermedia sosial. Hal ini kita lakukan agar kita bisa menikmati ibadah puasa dan mendapatkan keutamaan bulan Ramadhan. Jangan menjadikan virus Covid-19 sebagai alasan sehingga kita bermalas-masalan dan lupa bahwa kita sedang berada di bulan yang mulia ini.

Alasan kenapa kita harus rehat dari media sosial diperlukan karena demi menjaga kesehatan fisik dan psikis.

Media sosial yang berlebihan mampu mengganggu kejiwaan

Untuk membunuh rasa bosan di rumah, media sosial dijadikan sebagai alat pelampiasan dan penghibur. Dengan beragam konten yang tersedia, media sosial menyebabkan seseorang menjadi lupa waktu dalam menggunakannya. Sesuatu yang berlebihan pasti memberikan dampak yang tidak baik, demikian juga dengan bermedia sosial. Sebuah Lembaga Penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa angka minimum seseorang melihat media sosialnya dalam sehari adalah sebanyak 28 kali. Apabila kebiasaan ini berlanjut terus menerus bisa menyebabkan menurunnya tingkat kebahagiaan. Apalagi dengan adanya pandemic Covid-19, penggunaan media sosial meningkat menjadi 40%. Bisa kita bayangkan berapa banyak tingkat kebahagiaan seseorang menjadi turun drastis selama pandemic Covid-19 ini.

Tidak memiliki waktu luang yang banyak untuk keluarga

Media sosial membuat kita sibuk menciptakan konten serta membentuk citra diri agar terlihat kekinian atau bahkan cuma ingin menunjukkan sesuatu yang kita makan dan kita gunakan. Ini menjadi penyebab waktu kita habis terbuang sia-sia. Tujuannya pun hanya untuk mendapatkan like dan comment yang positif dari pengikut. Padahal kita bisa memanfaatkan situasi “di rumah saja” ini untuk berkumpul bersama keluarga. Cobalah untuk meletakkan handphone anda, lalu lakukan kegiatan bersama keluarga agar menimbulkan perasaan positif bagi tubuh dan jiwa.

Membatasi informasi yang didapat demi kesehatan mental

Seluruh informasi yang berhubungan dengan pandemic Covid-19 ini memang menarik untuk diketahui, namun apa jadinya kalau kita tak mampu untuk mengontrol diri dan memfilter dengan baik ketika mendapatkan informasi-informasi yang ada di media sosial. Bisa jadi kita menjadi panik dan bahkan menjadi acuh dengan apa yang terjadi disekitar kita. Kenapa demikian? Segala informasi yang kita terima akan mempengaruhi diri kita secara sadar ataupun tidak sadar. Informasi itu menjadi referensi kita untuk bertindak sehingga jiwa kita menjadi rapuh untuk menentukan tindakan yang akan kita ambil. Karena terbatasnya informasi yang diberikan, banyak masyarakat yang menjadi panik berlebihan dalam menghadapi pandemic ini. Contoh nyata dari dampak kepanikan tersebut adalah banyaknya dokter dan perawat yang ditolak di lingkungannya. Bahkan, korban meninggal akibat Covid-19 ini ditolak untuk dikuburkan di daerahnya. Ini adalah dampak dari masyarakat yang tidak dapat memahami dengan benar isi dari informasi yang diberikan.

Islam telah mengajarkan kita untuk tidak melakukan tindakan berlebih-lebihan. Karena sifat ini bisa berdampak buruk bagi diri kita dan orang lain. Jadi marilah kita meningkatkan ibadah kita dengan berpuasa, membaca Al-Quran, berzikir dan bersedekah demi mencapai kemulian dan ampunan dibulan Ramahdan ini. ***

* Penulis adalah Mahasiswa llmu Komunikasi Universitas Islam Riau.