PEKANBARU - Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) Melayu Riau, Al Azhar menegaskan bahwa surat LAM yang meminta klarifikasi Datuk Seri Setia Amanah, H Arsyadjuliandi Rachman soal rencana festival lampion raksasa Zhong Qiu menjadi iven wisata tersebut tidak ada kaitannya dengan unsur politik.

"Nggak ada yang luar biasa dari surat tersebut, tidak ada kaitannya dengan tahun politik 2018. Surat LAM bebas dari unsur politik, tidak ada mengena soal politik," papar Al Azhar kepada GoRiau.com di Balai Adat Melayu Riau, Jalan Diponegoro Pekanbaru, Riau, Rabu (11/10/2017).

Menurutnya sebagai mitra pemerintah, LAM memiliki kewajiban untuk mengawal kebijakan pemerintah, khususnya yang berkaitan dengan eksistensi kebudayaan Melayu di Riau. Untuk itu, secara internal LAM Riau mengirimkan surat untuk meminta klarifikasi pernyataan gubernur mengenai rencana menjadikan festival Zhong Qiu sebagai iven wisata nasional dari Riau. Hanya saja, surat yang harusnya bersifat internal itu bocor dan dikonsumsi khalayak umum.

"Nggak ada dasarnya untuk pro-kontra. Kita diposisikan sebagai mitra untuk mengawal dinamika kebudayaan Melayu," tegas Al Azhar.

Ia menceritakan, bahwa pihaknya sengaja meminta klarifikasi gubernur terkait iven Zhong Qiu melalui surat menyurat secara formal untuk mengefisiensi waktu dibandingkan harus mengatur waktu bertemu, mengingat jadwal gubernur yang super sibuk.

"Kami kirim melalui jalur formal ke biro umum dan pak gubernur sudah tahu. Mengapa pakai surat, karena kita ketahui kesibukan gubernur," sebutnya.

Sementara itu, Gubernur Riau, H Arsyadjuliandi Rachman santai menanggapi surat protes LAM Riau yang tidak setuju jika ia memperjuangkan festival lampion raksasa Zhing Qiu menjadi iven nasional di Provinsi Riau.

"Surat kan tujuannya baik, ya nggak apa-apa. Nggak apa-apa statement saya, nanti kita jawab suratnya," kata pria yang akrab disapa Andi Rachman di Masjid Agung An-Nur Pekanbaru, Rabu siang.

Andi pun menegaskan, bahwa komitmennya untuk mengangkat potensi-potensi wisata budaya lokal akan tetap menjadi prioritas, khususnya yang berkaitan dengan budaya Melayu. "Ya kalau ada (budaya lokal, red) yang bisa kita angkat, kita angkat itu," tuturnya.

Sebelumnya, surat dari LAM Riau yang menyatakan protes ke Gubernur Riau itu sudah beredar sejak Selasa (10/10/2017). Dalam surat dengan nomor B-102/LAMR/X/2017 itu, ditandatangani oleh Ketua Umum DPH Datuk Seri Syahrial Abubakar, Sekretaris Umum DPH Datuk M Nasir Penyalai, Ketua Umum MKA Al Azhar, dan Sekretaris Umum MKA Datuh H Taufik Ikram Jamil.

Surat itu berisikan nada meminta klarifikasi kepada Datuk Setia Amanah soal pernyataannya yang menyebutkan bahwa festival Zhong Qiu akan diangkat sebagai pariwisata budaya nasional.

LAM merasa keberatan dengan pernyataan Andi Rachman yang akan memperjuangkan festival itu menjadi pariwisata nasional di Riau. "Pernyataan Datuk Setia Amanah itu muncul dibeberapa madia massa," seperti tertulis dalam surat itu.

Dalam surat itu LAM juga meminta jawaban dari Andi Rachman karena itu dianggap penting sebelum lembaga adat ini mengambil sebuah kesimpulan.

Pernyataan Andi Rachman itu dianggap tidak sesuai dengan visi Riau 2020 yang menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan melayu, cogan Riau the Homeland of Melayu, dan tekad membangun Riau berbasis kebudayaan Melayu.

Di selembar surat itu LAM Riau menyebutkan bahwa festival Lampion Raksasa Zhong Qiu adalah unsur produk kebudayaan Tionghoa. Kapitalisasi jejaring hartawan Tionghoa akan membuat apapun ekpresi budaya mereka di Indonesia akan cepat berkembang, "menghimpit budaya asli nusantara". Cukuplah Bakar Tongkang di Rokan Hilir yang dihidupkan di Tanah Melayu ini karena pertimbangan lain.***