JAKARTA- Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut, eksplorasi destinasi wisata Bali tidak akan ada habisnya. Itulah yang membuat Pulau Dewata senantiasa hidup sustainable. Termasuk apa yang terjadi di Gedung Art Center Bali pada Sabtu, (13/02/2016) kemarin.

"Momentumnya Imlek dan Cap Go Meh kemarin, sekaligus dijadikan momentum pertukaran budaya antara Bali dan Tiongkok," kata Menpar Arief Yahya, Senin (15/02/2016).

Pulau Bali saat ini menurut menpar, juga terus memanjakan pengunjung dengan berbagai iven rutin yang digelar di Bali. Pernyataan yang sama juga dikemukakan Kadisbudbar Bali Agung Yuniarta. Dirinya mengaku kegiatan seperti pertukaran budaya tersebut sebenarnya sudah rutin dilakukan dan sudah makin efektif untuk mempromposikan Bali ke masyarakat luar terutama Tiongkok.

"Masyarkat sangat antusias, terbukti banya yang datang. Masyarakat Bali keturunan Tiongkok dan wisatawan Tiongkok juga banyak hadir di acara itu, dan akibatnya Gedung Centre Art penuh sesak,"ujar pria yang biasa disapa Agung itu.

Gedung yang berkapasitas ratusan penonton tersebut menurut Agung, bahkan tidak memadai. Tercatat sekitar 850 orang memenuhi kursi yang disediakan. "Itu pun tidak cukup karena banyak yang berdiri. Sementara acara yang kami sajikan adalah pertukaran budaya Tiongkok dikombinasikan dengan budaya asli Bali," ujarnya.

Agung menilai, bahwa acara tersebut sangat terasa manfaatnya, selain banyak menampilkan kebudayaan dua negara, acara tersebut diharapkan bisa menjadi daya tarik asing, karena pada saat acara berlangsung juga diliput beberapa media dari luar negeri.

"Apalagi acaranya benar-benar asli, contohnya persembahan tari dari Tiongkok, itu benar-benar dibawakan oleh penari dari Tiongkok, jadi bukan masyarakat Bali. Disisi lain ada juga media yang menyiarkan langsung dan banyak yang tidak beranjak sampai habis,"kata Agung dengan nada bangga.

Acara tersebut semakin kental dan semakin menyatu ketika terjadi pertukaran Budaya yang nyata dalam pentas yang banyak dihiasi ornamen Imlek itu. "Dari Bli sendiri mementaskan kesenian dengan mengangkat cerita pernikahan seorang raja Bali Jaya Pangus dengan seorang putri Tionghoa Kan Chang Wie, pernikahan itu memukau dan sangat mengena ke hati," kata Agung.  

Dalam acara tersebut, kedua belah pihak menampilkan kebudayaan masing-masing, Konjen Tiongkok yang hadir di acara tersebut membawa kebudayaannya langsung dari negaranya, sedangkan Bali juga mempersembahkan budaya Bali salah satunya Barong dan Perkaw. (*/dnl)