ONTARIO -- Nathaniel Veltman (20), seorang pemuda pembenci Islam sengaja menabrak lima orang Muslim yang sedang berjalan di trotoar di London, Ontario, Kanada pada 7 Juni lalu.

Empat dari lima Muslim yang merupakan satu keluarga tersebut meninggal dunia akibat ditabrak pikap yang dikemudikan pemuda beragama Kristen tersebut. Satu korban yang selamat nyawanya saat ini masih dirawat di rumah sakit.

Dikutip dari Inews.id, Nathaniel Veltman terlihat tertawa saat keluar dari truk pikap-nya yang berlumuran darah. Aksi tertawanya yang membuat publik Kanada marah itu diungkap seorang saksi mata.

Veltman menabrakkan truk pikap-nya ke arah mereka dengan sengaja saat mereka berjalan di trotoar. Polisi setempat menyimpulkan para korban ditabrak karena keyakinan mereka sebagai muslim.

Saksi mata, Hassan Savehilaghi, mengatakan bahwa dia sedang istirahat minum kopi ketika tersangka berhenti di truk pikap hitamnya dan menyuruhnya menelepon polisi karena dia baru saja membunuh orang.

Savehilaghi, yang merupakan sopir taksi yang juga Presiden Taksi Kuning London, mengungkapkan hal itu kepada The Free Press.

Dia mengatakan, pengemudi pikap mengenakan apa yang tampaknya seperti rompi antipeluru, helm ala militer dan pakaian yang memiliki simbol swastika di atasnya.

Savehilaghi, yang bahkan diminta oleh tersangka untuk merekam penangkapannya, mengatakan bahwa bagian depan truk telah berlumuran darah dan dia segera menelepon polisi.

Dia mengatakan bahwa unit polisi di London, Ontario, dengan cepat tiba di tempat kejadian dan mengeluarkan tersangka dari truk pikap-nya.

''Ketika mereka mengeluarkannya dari kendaraan, dia tertawa,'' ujar Savehilaghi.

Para korban telah diidentifikasi sebagai Salman Afzal, 46; istrinya Madiha, 44; putri mereka Yumna, 15; dan seorang nenek berusia 74 tahun yang namanya belum diumumkan.

Putra pasangan itu yang berusia sembilan tahun, Fayez, masih dirawat di rumah sakit.

Teman keluarga korban mengatakan mereka beremigrasi ke Kanada 14 tahun yang lalu dari Pakistan.

Tersangka telah didakwa dengan empat tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan satu tuduhan percobaan pembunuhan.

Seorang teman tersangka mengatakan kepada surat kabar bahwa tersangka tidak pernah mengatakan sesuatu yang penuh kebencian tentang kelompok mana pun sebelumnya.

''Dia Kristen dan memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan...Dia selalu cukup tenang terhadap orang lain,'' ujar teman tersangka yang menolak disebutkan namanya.

Seorang rekan kerja tersangka mengatakan kepada surat kabar lokal bahwa tersangka baru-baru ini tertekan oleh kematian seorang anggota keluarganya.

''Dia tampak putus asa pada hari Jumat. Itu terakhir kali saya melihatnya,'' kata rekan kerja tersangka yang tidak disebutkan namanya, seperti dikutip The Independent, Kamis (10/6/2021).

Sebelumnya, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyebut insiden itu sebagai "serangan teroris" yang ditujukan pada komunitas Muslim.

''Ini adalah serangan teroris, dimotivasi oleh kebencian, di jantung salah satu komunitas kami,'' katanya kepada parlemen setempat.

''Jika ada yang berpikir rasisme dan kebencian tidak ada di negara ini, saya ingin mengatakan ini: bagaimana kita menjelaskan kekerasan seperti itu kepada seorang anak di rumah sakit? Bagaimana kita bisa menatap mata keluarga dan mengatakan 'Islamofobia itu tidak nyata','' katanya.***