JAKARTA - Indonesia merupakan produsen emas ketujuh terbesar di dunia dengan produksi 130 ton per tahun, karena itu, produk emas perlu dikelola dengan baik. Salah satunya dengan membentuk bullion bank yang mengelola komoditas emas.

Demikian disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam Raker Kemendag 2021 secara virtual, Kamis (4/4).

Ia mengatakan, saat ini pemerintah tengah mengkaji pembentukan bullion bank. Nantinya, bank ini akan mengelola komoditas emas.

"Karena kita memiliki pertambangan yang besar. Salah satu yang sedang dikaji oleh pemerintah adalah pembentukan bullion bank," tambahnya.

Dikatakan, potensi tersebut juga dilatarbelakangi oleh Indonesia yang memiliki salah satu tambang emas terbesar. Bahkan, kinerja ekspor emas dan granule tercatat mengalami peningkatan hingga USD 5.280 juta, sehingga termasuk sebagai salah satu pemain besar emas dunia.

"Komoditas emas juga mencatat peningkatan, walaupun di lain pihak, impor emas juga tinggi. Ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang perlu didalami terkait ekspor impor emas ini," jelasnya.

Airlangga pun meminta Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi untuk mendalami ekspor dan impor emas, mengingat harga komoditas emas tercatat meningkat. Meskipun impornya juga sangat tinggi di tengah adanya tambang emas yang besar di Indonesia.

“Ini menunjukkan ada sesuatu yang perlu di dalami terkait ekspor dan impor emas. Nanti Pak Mendag dapat mendalami bagaimana ekspor dan impor ini sebagian dipakai jewelry karena dulu ekspor dan impor terkait dengan PPN dan lainnya,” jelasnya.

Dalam bahan paparannya, pembentukan bullion bank akan memberi keuntungan bagi pemerintah maupun masyarakat. Diantaranya penghematan devisa, industri bisa mendapat sumber pembiayaan proyek, bank bisa mendiversifikasi produk, dan masyarakat mendapatkan return simpanan.

Indonesia merupakan produsen emas terbesar ketujuh di dunia dengan produksi 130 ton per tahun. Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi karena adanya tambang terbesar di Grasberg, Papua, dengan cadangan emas mencapai 30,2 juta ounce.

Sementara konsumsi emas Indonesia cenderung masih rendah dengan rincian untuk retail investment 172.800 ounces dan perhiasan 137,600 ounces.

Di sisi lain, ANTAM sebagai produsen emas asal Indonesia hanya tergolong sebagai junior gold miner company, dengan produksi pada 2020 sebesar 1,7 ton.

Merespons hal tersebut, Mendag Lutfi memastikan akan meneruskan kajian mengenai pembentukan bullion bank. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek, salah satunya mengenai efektivitas untuk mengontrol pasar emas.

“Terima kasih mudah-mudahan arahan Pak Menko berguna bagi kita semua dan akan kami camkan. Saya hitung ada beberapa hal penting untuk bisa kami laksanakan,” tambahnya. ***